Kumpulan Artikel Tips dan Triks Pengusaha Sukses, anda yang sudah jadi pengusaha jadikan blog ini untuk mendapatkan inspirasi dalam memaksimalkan usaha anda. Kirimkan Artikel anda di blocknotinspire@gmail.com
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://idegilabisnis.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Tak Suka Bisnis Besar


Anda penggemar soto? Kalau, ya, pasti Anda telah mengenal atau bahkan lelah menjadi pelanggan tetap Soto Kadipiro, yang terletak di jalan Wates Yogyakarta itu. Di restoran yang didirikan 1921 oleh Pak Karto Wijoyo (alm.), dan sejak 1975 dikelola putra sulungnya, Pak Widadi (60 tahun) sampai sekarang ini, secara terbuka memaparkan tulisan besar pada sebuah papan yang dipasang di restoran tersebut. Isinya, “Tidak buka cabang di Jakarta dan di kota lainnya.”
Menurutnya, ia sengaja tak buka cabang di kota lainnya, meski banyak pihak yang menawarinya kerjasama. Hal itu, katanya, ia ingin hidup tentram dengan bisnisnya sekarang.
Selain itu, ia ingin tetap memegang teguh nasihat orang tuanya, yaitu untuk selalu hidup sederhana, ulet, sabar, jujur, dan bisnis, dan nrimo dengan apa yang diperolehnya sekarang. Maka tak mengherankan, filosofinya berbunyi, “Kamulyaning urip iku, dumunung ono tentreme ati.” artinya, sesungguhnya kebahagian orang hidup itu hanya pada ketentraman hati.


Berkembang dengan Franchise


Baru saja saya membuka cabang Primagama dengan sistem frainchise di tiga kota, yaitu Pekanbaru, Sampit-Kalimantan Tengah, dan Tangerang. Sebelumnya cabang yang ada selama ini kami buka dengan dikelola sendiri. Sistem ini, saya kira sangat tepat untuk kita kembangkan. Di saat ekonomi mulai membaik, usaha kita tetap berkembang meski tidak dengan menyiapkan dana sendiri. Justru dengan sistem frainchise, kita akan mendapatkan dana awal dan royalti.
Franchise adalah pemberian hak pada seseorang dalam penggunaan merek, untuk menjalankan usaha dalam kurun waktu tertentu. Sistem ini lebih menguntungkan untuk mengembangkan usaha kita dibanding cara yang lainnya. Oleh karena, ketika menggunakan sistem frainchise terhadap usaha kita, maka jelas orang lain membayar merek dan royalti tiap bulannya pada kita. Biayanya lebih rendah daripada cara lainnya, dan kita tak perlu mengalokasikan uang atau modal untuk tempat usaha dan yang lainnya.


Belajar dari Bank Mega


Terus terang, saya ancungkan jempol buat Bank Mega, yang ternyata saat ini tetap eksis, meski di saat krisis ekonomi sekalipun. Setahu saya, memang pergantian manajemen yang terjadi sejak 1996 lalu, terbukti telah meningkatkan kinerja bank itu. Setidaknya, ini terlihat dari perjalanan bisnisnya yang berhasil meraih prestasi demi prestasi, baik dalam skala nasional, regional, maupun intersional.
Prestasi pertama yang diraih Bank Mega adalah keberhasilannya mendapatkan peringkat pelayanan terbaik di antara 34 Bank (pemerintah, swasta, dan asing). Keberhasilan ini sekaligus mengawali pencanangan tahun 1999 sebagai “Tahun Service Excellence”. Selaras dengan itu, kualitas pelayanan terus dikembangkan dari waktu ke waktu, berdasarkan kebutuhan nasabah.


“Tukang Jahit” ala Tensia


Pernah suatu kali saya diajak seorang peserta “Entrepreneur University” ke Jakarta. Tujuannya kita ingin melihat bagaimana perusahaan Tensia Manufacturing yang terletak di kawasan Cibubur, Jakarta, dalam menjalankan bisnisnya.
Apa yang saya lihat sungguh di luar dugaan. Bukan karena yang saya lihat perusahaan yang cukup besar, tapi yang membuat saya kagum adalah kegiatan bisnisnya, yaitu membuatkan produk consumer good atau home care bermacam-macam merek.


Nyontek Bisnis, Sah-Sah Saja


Apa boleh kita menyontek bisnis atau kesuksesan pengusaha lain? Saya kira dalam dunia usaha, itu sah-sah saja. Apalagi bagi kita yang baru belajar memulai usaha. Saya sendiri ketika pertama kali buka usaha sewaktu mahasiswa dulu, saya juga bingung mau usaha apa. Saya lihat, Sky Mulyono sukses besar buka bimbingan belajar di Jakarta. Saya pikir, kenapa saya tidak buka bimbingan belajar di Yogya.


Peluang Ciamik Aksesori Batik


Di usianya yang masih 22 tahun, kreativitas Agnes Tandia patut diacungi jempol. Dari setumpuk kain perca batik yang sudah tidak terpakai, berbagai aksesori batik menarik diciptakannya. Bisnis yang digelutinya bermula saat masih kuliah di Fakultas Kriya Tekstil Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2008.
 
Saat itu,Agnes iseng-iseng membuat jaket dari kain batik yang kemudian dipakainya untuk kuliah.Tak disangka,teman-teman kuliahnya sangat tertarik. Bahkan, ada pula berniat untuk membeli jaket ciptaannya itu.Terpacu, Agnes pun kemudian membuat jaket berdasarkan pesanan teman-temannya. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 100 buah per bulan, dengan modal awal sebesar Rp300.000.


Bermodal Berani, Akhirnya Jadi Raja Tinta Pilkada


Seorang entrepreneur harus mampu melihat peluang di depan mata, menganalisa, dan kemudian mengambil tindakan. Hal itulah yang dilakukan pengusaha tinta khusus untuk pemilihan umum dan pilkada Slamet Riyadi.

Diawali keberaniannya mengajukan pinjaman Rp50 juta dari sebuah bank nasional pada 2004 lalu. Kini Slamet telah memiliki aset lebih dari Rp2 miliar. Pada 2004 lalu, Slamet memutuskan berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja sebagai Manager Marketing di PT Indokor.

Awal 2004, saat pemilu dan pilpres berlangsung, temannya yang memenangkan tender tinta pilpres meminta Slamet menjadi konsultan, sekaligus sebagai formulator tinta. Setelah melihat kesuksesan rekannya, bapak tiga anak ini kemudian berpikir untuk membuka usaha pengadaan tinta sendiri pada pemilihan presiden tahap II. Kendala pertama yang dihadapi adalah ketersediaan dana yang minim.


Biar Kekurangan Fisik, Mampu Hasilkan Kerajinan Bambu


Seorang warga di Tuban, Jawa Timur mampu menciptakan berbagai macam kerajinan bambu meski memiliki fisik tubuh tak sempurna.

Aneka kerajinan bambu yang diciptakannya bahkan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal, buah kerajinan karya itu dibuat dengan keterbatasan organ tubuhnya. Begitulah yang dilakukan Daswadi, 60 tahun, warga Desa Temayang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Memiliki fisik tubuh tak sempurna bukan berarti harus pasrah.

Justru, dengan keuletan dan ketelatenan segala keterbatasan akan mampu menciptakan kreativitas yang tak hanya bermanfaat bagi orang lain, tapi juga menjadi lapangan pekerjaan yang bernilai ekonomis.


Inilah Kopi Celup Beromzet Puluhan Juta


Di Kabupaten Malang, seorang ibu rumah tangga menciptakan inovasi baru cara menikmati kopi dengan mudah dan rasa yang pas. Hasilnya malah di luar dugaan, ternyata produk yang awalnya hanya untuk konsumsi sendiri ini menghasilkan omzet yang luar biasa.

Bahkan bisnis kopi celup yang baru dipasarkan dari mulut ke mulut ini sudah beromzet hingga puluhan juta per bulan. Kopi celupnya pun sudah merambah pasar Sumatera dan Jawa.

Berawal dari ketertarikannya sebagai penikmat kopi, Emy Listik tertarik untuk menciptakan kreasi baru dalam teknik menyeduh kopi. Layaknya teh celup, Emy menciptakan teknik baru dalam menikmati secangkir kopi. Yakni dengan cara dicelup.


Buruh Pabrik yang Jadi Juragan Sangkar Burung


Belajar dari kerasnya kehidupan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Ibu Kota, dimanfaatkan Rusmiati dengan menekuni bisnis sangkar burung. Berkat kerja kerasnya, kini omzet bisnisnya mencapai Rp3 juta per hari.

Siapa sangka, wanita berpenampilan sederhana dan berkacamata tersebut adalah seorang pebisnis ulung.Jatuh bangun dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di Jakarta telah dilaluinya dengan lapang dada. Kisah sukses wanita berdarah Betawi itu memang berliku.Karena untuk menggeluti bisnis sangkar burung yang telah memberikan penghasilan yang memadai, tidak didapatkannya dengan mudah.


Hobi Jeprat-Jepret, Bisnisnya Beromzet Puluhan Juta


Jangan abaikan hubungan pertemanan. Karena hubungan itulah, Andree bisa mengeruk pundi-pundi rupiah. Melalui jaringan pertemanan dan hobi memotretnya membuat sinergi dua hal itu menjadikan bisnis memotretnya berkembang.

Berawal memiliki hobi serupa, Andree membuka studio foto kecil-kecilan di sebuah ruko milik temannya, yang berlokasi di kawasan Depok pada enam tahun silam. Usaha kecil-kecilan, yang bermodal minim hanya berupa kamera foto tersebut dijalani bersamaan dengan profesinya sebagai jurnalis.

Ternyata hobinya adalah dunianya. Usaha fotografinya, yang diawali dengan hobi memotret, sejak lama membuat penyuka masakan pedas ini memilih untuk berhenti dari profesi jurnalis di salah satu media nasional di Tanah Air.


Inilah "Ulat" Bernilai Ratusan Ribu Rupiah


Saat ini, ulat bulu tengah menjadi momok bagi sebagian warga di Indonesia. Namun di tangan seorang pengrajin asal Denpasar, Bali, kepompong ulat ini bisa diubah menjadi beragam pernik perhiasan yang cantik. Tak hanya di Bali, hasil kerajinan kepompong ulat ini sudah dikenal di mancanegara.

Di tangan Putu Swandewi, wanita kelahiran Singaraja, Bali 33 tahun silam ini, kepompong ulat bisa diubahnya menjadi beragam pernak-pernik perhiasan nan cantik. Pemasaran hasil tangannya pun sudah banyak dipasarkan di Bali, bahkan luar negeri.

“Kerajinan kepompong ulat ini pertama kali dihasilkan saat seorang wisatawan memesan perhiasan yang terbuat dari bahan dasar kepompong ulat untuk dipasarkan ke Jepang,” tutur Putu Swandewi di Bali baru-baru ini.


"Seramnya" Omzet Es Pocong Hingga Jutaan per Hari


Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Itu tampaknya nyata terjadi pada tiga sekawan Rahmat, Haris, dan Hakim. Dari bisnis awal menjual bakso yang tidak berjalan dengan baik, kini usaha Es Pocong yang dilakoni tiga sekawan itu melegenda di Depok.

"Awalnya jualan bakso. tapi sepi. Waktu itu di daerah Kelapa Dua. Akhirnya kita berpikir ingin menjual sesuatu yang unik. Dan terpikirlah nama Es Pocong itu," ungkap Staf Operasional Es Pocong Bonni Angila saat ditemui okezone di kedainya yang berlokasi di Kober, Jalan Margonda Raya, Depok belum lama ini.

Nama Es Pocong sendiri sebenarnya diambil secara tidak sengaja. Nama tersebut makin terasa lebih cocok tatkala lokasi baru yang dijadikan untuk memulai usaha berada wilayah Kober. Kober merupakan sebutan untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sehingga semakin mantaplah dalam menciptakan berbagai menu dengan nama-nama yang terkesan seram dan menakutkan.


Jadi “Kutu Loncat” yang Sukses

Merasa karier jalan di tempat? Barangkali, itulah saatnya untuk pindah kerja. Tentu, semuanya harus dipersiapkan dengan cermat. Sebab, jika tidak, menjadi “kutu loncat” alias pindah-pindah kerja di berbagai perusahaan dengan cepat demi menaikkan karier, justru akan jadi bumerang yang menghambat karier.

Karena itu, lakukan beberapa langkah berikut agar Anda bisa jadi “kutu loncat” yang sukses.


Menjadi Entepreneur Besar


Dari data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah entrepreneur di Indonesia, khususnya kelas UKM, berkisar 40 jutaan. Jumlah itu separuh lebih adalah pengusaha kelas supermikro, yaitu dari kalangan seperti pengasong di jalanan. Itulah kenyataannya. Banyak yang sudah berkembang, tapi jarang yang kemudian menjadi besar dan mampu jadi usaha mandiri yang menghidupi banyak orang. Namun, ada juga yang kemudian mampu memiliki usaha yang benar-benar menjadi besar.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat “jurang” perbedaan itu? Barangkali, beberapa tips kecil yang disarikan dari beberapa pengalaman entrepreneur baik lokal dan international ini dijadikan referensi agar Anda menjadi seorang entrepreneur Besar.


Pemimpin Unggul dengan Prinsip LEADER


Saat ini, banyak pemimpin baik perusahaan ataupun organisasi yang memiliki gaya kepemimpinan dengan cara-cara tersendiri. Ada yang tegas menjurus diktator, ada yang menggunakan pendekatan manusiawi, ada yang peragu, hingga berbagai macam gaya lainnya.

Semua gaya itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, pada dasarnya, jika Anda menjadi pemimpin, yang terpenting adalah bagaimana menjadikan perusahaan atau organisasi yang Anda pimpin memperoleh kemajuan bersama.


Menyiasati Politik Kantor


Pasti tak enak rasanya, sudah bekerja dengan maksimal, namun entah mengapa prestasi dianggap begitu-begitu saja. Atau, pernahkah juga merasa jengah harus memilih satu kelompok dibanding kelompok lain meski berada dalam satu kantor? Layaknya dunia legislatif, politik di kantor memang kadang juga penuh “intrik” dan “permainan”.

Tak ingin terjebak dalam situasi yang serba sulit saat menghadapi politik kantor? Deborah A Bailey, penulis “Think Like an Entrepreneur: Transforming Your Career and Taking Charge of Your Life” memberikan beberapa masukan agar Anda tak mudah “terjebak” dalam politik kantor.


Memaksimalkan Kekuatan Manusia Agar Sukses Selamanya


Sudah jadi rahasia umum, bila bangsa China saat ini sudah mulai menguasai dunia. berbagai produk unggulan namun sangat murah bisa didapat dengan mudah dari sana. Apa yang membuat mereka bisa sesukses itu? Salah satunya, menurut banyak penelitian, adalah wejangan-wejangan kuno yang diwariskan turun temurun yang membentuk karakter unggulan mereka.

Dari sekian banyak kitab, kunci sukses tersebut terdapat dalam sebuah surat yang telah berusia lebih dari 1800 tahun silam. Surat tersebut merupakan pesan dari Zhuge Liang, seorang pakar perang dan kemiliteran ternama pada masa San Guo (Sam Kok) yang intinya menunjukkan kekuatan manusia agar sukses selamanya. Dengan memaksimalkan kekuatan tersebut, Anda pun akan bisa mencapai sukses yang luar biasa. Berikut adalah beberapa kekuatan dalam surat tersebut.


Sukses dengan Manajemen Waktu


Apakah Anda merasa waktu yang dimiliki sangatlah sempit, sehingga sering mengatakan "tidak punya waktu" untuk tawaran melakukan suatu kegiatan?. Bahkan, Anda sering kali merasa, waktu 24 jam tidak cukup untuk melakukan semua aktivitas Anda. Jika ya, barangkali, inilah saatnya, Anda perlu lebih mengatur waktu agar semua pekerjaan dan bisnis Anda berjalan lebih maksimal. Berikut beberapa tips sederhana dari Jeff Davidson, pengarang The Complete Idiot’s Guide to Managing Your Time dan Rita Emmett, pengarang buku Manage Your Time to Reduce Your Stress.


Berpikir Layaknya Juara agar Sukses Luar Biasa

Ingin meraih sukses yang luar biasa? Berpikirlah layaknya seorang juara! Itulah hal yang diungkap oleh taipan pengusaha properti sekaligus selebritis yang terkenal dengan The Apprentice, Donald Trump. Memang, tak mudah untuk mencapai apa yang diinginkan. Namun, beruntung Trump mau membagikan resep suksesnya dalam bukunya yang berjudul  Think Like a Champion.

Dalam buku terbarunya itu ia mengungkap banyak hal menarik. Misalnya soal bisnis. Meski ujung-ujungnya uang, berbisnis tak selalu memikirkan uang. Bahkan dalam satu tulisannya ia menyebutkan kalau berbisnis itu merupakan sebuah karya seni. Lantas, apa saja pemikiran ala Donald Trump yang bisa Anda jalankan untuk meraih sukses? Berikut beberapa di antaranya yang disarikan dari sebagian isi buku inspiratifnya tersebut.


Mengelola Diri Agar Selalu Berprestasi


Setiap orang pasti mendambakan dirinya selalu pada puncak prestasi. Sebab, selain bisa mengangkat kehidupan ke tingkat yang lebih baik, penghargaan pada prestasi yang dibuat pasti akan menempatkan Anda pada posisi yang lebih nyaman. Jabatan lebih tinggi, gaji lebih baik, bonus lebih berlimpah. Atau, bagi Anda yang memiliki usaha sendiri, prestasi dalam mencapai target, memuaskan konsumen, meningkatkan omset, akan menjadi kebanggaan tersendiri.

Namun, untuk selalu berprestasi, mempertahankan, dan terutama mencapai semua impian, tentu butuh perjuangan. Sebab, tak ada sukses yang instan. Tapi, tak ada pula sukses yang tak bisa diraih jika Anda sudah memperjuangkan.


Menjadi Bos di Usia Muda


Berkat kemajuan teknologi, saat ini sangat banyak dijumpai pengusaha muda usia namun sudah sangat kaya raya. Atau, banyak pula, eksekutif muda usia yang memiliki jabatan lebih tinggi dibanding senior. Akibatnya, mulai bermunculan pula, seorang pimpinan atau bos yang memiliki anak buah lebih tua. Menurut studi yang dilansir Randstad, sebuah konsultan sumber daya manusia, menyebut bahwa saat ini, seperlima orang lebih tua dipimpin oleh orang yang lebih muda.


Kunci Sukses Negosiasi Bisnis


Dalam usaha untuk memenangkan persaingan, sangat diperlukan kelihaian untuk melakukan negosiasi. Apalagi, jika menyangkut usaha ritel. Sebab, makin pandai bernego, makin efisien dan efektif produksi yang dihasilkan. Sehingga ujungnya, menguntungkan bisnis yang dijalankan.

Karena itu, negosiasi sangat penting dikuasai. Menurut ajaran Sun Tzu yang telah berusia lebih dari 2500 tahun—dan kini diimplementasikan dalam manajemen modern—salah satu unsur penting untuk “menang” adalah dengan mengetahui unsur kelebihan dan kekuatan lawan.


Menyiasati Bisnis di Saat Krisis


Pada saat krisis ekonomi terjadi, banyak orang kelabakan. Sebab, kondisi yang tadinya tidak diperkirakan, tiba-tiba saja datang mengguncang. Bagi yang tidak siap, maka hampir bisa dipastikan, ia akan mengalami banyak kerugian.

Dalam hal ini, Anda bisa belajar dari si raja dunia saham, Warren Buffet. Pria yang namanya selalu masuk dalam daftar orang terkaya di dunia ini memang termasuk orang yang “kebal” krisis. Kuncinya satu, “Main aman”, katanya suatu kali. Karena itu, tak heran, ia selalu menanamkan modalnya di saham-saham dengan cara konvensional, yakni cari saham yang menguntungkan dan berjangka panjang, serta memiliki rekam jejak perusahaan yang baik.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More