Masih ingatkah anda akan nasehat popular yang dulu sering
dinasehatkan oleh orang tua atau guru di sekolah? “Belajarlah yang pintar nak
biar nanti kamu gampang cari pekerjaan supaya bisa hidup enak dan
sukses” Sebagian besar kita masih beranggapan bahwa nasihat itu benar dan
penting. Bagaimana dengan anda?
Sayapun pada awalnya berpendapat
sama, tapi perjalanan dan pengalaman saya membuktikan bahwa sebagian besar
orang yang pintar (cerdas secara intelektual) malah bekerja pada orang yang
bodoh (tidak cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara financial). Saya
sendiri pernah menyelesaikan pendidikan S2 di UGM, tapi pada awal kerja saya,
malah bekerja pada perusahaan yang direkturnya malah hanya lulusan SMU, dan
semua karyawannya adalah sarjana kecuali OB. nah lho… benar kan kata saya.
Sejak kecil kita seringkali
ditanamkan untuk belajar dan berprestasi di sekolah, sehingga dalam mindset
kita secara tidak sadar akan tertanam pemikiran, bahwa kalo mau sukses maka harus memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga
selepas sekolah atau kuliah akan mencari pekerjaan sesuai dengan ijasah kita,
seperti yang saya alami dulu. Ternyata akhirnya bekerja pada perusahaan yang
pemiliknya Cuma lulusan SMA tapi kok bisa lebih kaya dari saya ya….
Ternyata cerdas intelektual itu
bukan jaminan untuk membawa kita mencapai kesuksesan dan kekayaan,
bukankah seorang guru atau dosen adalah orang yang memiliki kecerdasan intelektual,
akan tetapi banyak kita temukan para kaum pendidik yang hidupnya pas-pasan,
Banyak lagi para sarjana yang nganggur ataupun terpaksa bekerja di bidang yang
tidak sesuai dengan background pendidikannya dan jauh dari kesuksesan.
Kecerdasan intelektual cenderung membuat otak kiri
sangat aktif sehingga lebih memilih cara aman dalam hidup sehingga setiap bulan
pasti terima gajian, yaitu jadi pegawai. Sebaliknya orang yang bodoh (tidak
cerdas secara intelektual) akhirnya mengambil jalan jadi pengusaha (karena
melamar jadi pegawai tidak diterima), dan tidak jarang menjadi pengusaha yang sukses,
dan akhirnya malah merekrut pegawai yang lebih pintar (sarjana). Bahkan pada
akhirnya bisnisnya malah berkembang pesat.
Saya memutuskan untuk tidak
terjebak dalam dunia kerja yang terlalu lama, maka setelah 6 bulan
bekerja di perusahaan orang saya putuskan untuk “memajukan diri” (berhenti jadi
pegawai dan menjadi pengusaha) walaupun pada saat itu belum tahu harus
usaha apa. Yang penting berani “Action” untuk “memajukan diri”.
Apabila kecerdasan financial
kita diasah maka secara tidak langsung akan mengasah intelektual kita juga,
yang pada akhirnya dapat melakukan apapun yang kita inginkan tanpa harus
menguasai masalahnya secara detail. Saya pernah memiliki perusahaan
percetakaan, biro iklan, dan tabloid, dan juga bisnis telekomunikasi
yang tersebar di beberapa kota, akan tetapi sampai semua bisnisnya tutup dan
bangkrut saya sama sekali tidak bisa dan tidak tahu proses cetak-mencetak,
desain, apalagi menghandle perusahaan telekomunikasi saya. Untuk
setiap pekerjaan yang memerlukan keahliannya, kita dapat bekerja sama atau
mempekerjakan staf yang menguasai bidang tertentu, sehingga bisnisnya jalan,
yang punya bisa jalan-jalan. Saya yakin anda pasti bisa. Saya pernah
melakukannya. Pasti Bisa !!!