Bisnis online kurang menguntungkan? Pengusaha busana distro online
Ines Handayani membuktikan sebaliknya. Kendati calon pembeli hanya
disuguhi data dan tampilan visual belaka, jika mampu menjaga
kepercayaan, pemasaran pun akan lancar dan terbuka. Jeli dan
kreatif, itulah gambaran pemilik bisnis distro (distribution outlet)
online muslimdistro.com Ines handayani. Ia jeli melihat peluang
pemasaran secara online untuk bisnis busana muslim yang digelutinya. Ia
juga kreatif memoles busana muslim, produk yang dijualnya, dengan
nuansa anak muda yang “gaul” dan segar yang cocok dengan cara
pemasarannya. Menggabungkan keduanya, Ines sukses menjalankan usaha
yang dimulainya bersama sang suami sekitar tiga tahun silam. Secara
umum, bisnis yang digeluti Ines tak banyak berbeda dengan bisnis distro
pada umumnya, yakni menyediakan busana dan perlengkapannya. Namun,
produk yang diliriknya memang agak berbeda, yakni pakaian muslim yang
umumnya dijual secara tradisional. Tapi uniknya, Ines memilih
anak muda sebagai segmen pasarnya sehingga pakaian distro yang
ditawarkannya pun berbeda dengan busana muslim pada umumnya yang formal
dan cenderung “itu-itu” saja. Ines banyak memilih pakaian jenis T-shirt
atau kaos yang umumnya identik dan digandrungi anak muda. Namun,
sesuai ide awalnya, identitas pakaian muslim tetap muncul melalui
gambar dan kata-kata yang tercetak pada barang dagangannya itu. “Dari
sekian banyak kaos distro,belum ada yang spesifik menargetkan konsumen
muslim, artinya kaosnya hanya untuk segmentasi anak muda saja. Nah
muslimdistro.com ini adalah diferensiasi dari keadaaan pasar itu,”
jelas ibu tiga anak kelahiran Jombang ini. Ines mengaku memulai
bisnisnya dengan modal hanya sekitar Rp24 juta. Dari total modal
tersebut, jumlah terbesar digunakannya untuk pengadaan barang, yakni
Rp16 juta. Sisanya, Rp8 juta digunakannya untuk menjalankan toko
online-nya. “Running online store itu terdiri dari membuat
website, pemotretan studio foto, biaya komunikasi seperti peralatan
pengirim pesan pendek (SMS),untuk software-nya, dan lain-lain,”
paparnya. Pemilihan bisnis online, kata Ines, didasari
pertimbangan bahwa hal itu akan mendatangkan banyak keuntungan baginya,
antara lain tidak harus mengeluarkan biaya untuk membayar sewa tempat
dan memungkinkannya menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya murah. Melalui
cara pemasaran online, jelas dia, para pelanggan cukup melakukan
pemesanan melalui telepon atau menggunakan aplikasi yang ada di laman
miliknya. Setelah order masuk, pihaknya akan menyiapkan barang dan
melakukan konfirmasi pembayaran oleh pembeli melalui rekening yang
telah disiapkan. “Kalau semua oke, barang akan langsung dikirim,”
tuturnya. Ines mengaku menggunakan jasa ekspedisi untuk mengirim
produknya. “Kami menggunakan jasa logistik yang sudah ada seperti pos,
tergantung dikirimnya ke mana. Kalau untuk mengirim ke luar negeri
pakai jasa kiriman yang tersedia,” kata Ines. Mengenai biaya
pengirimannya, menurut Ines, hal itu dibayarkan oleh pembeli karena
harga produk yang dijualnya belum termasuk biaya pengiriman. Satu hal
penting yang harus dilakukan sebelum melakukan pengiriman, imbuh Ines,
adalah memeriksa barang yang dipesan pelanggan, demi memastikan tidak
terjadi cacat produk. Itu penting untuk menjaga kepercayaan para
pelanggan atas produk-produknya. Dalam berbisnis secara online,
pembeli hanya bisa menilai barang yang dijual secara visual dan tidak
bisa langsung merasakan produk yang diminatinya. Karena itu, tegas
Ines, penting untuk menjamin para pembelinya bahwa barang yang
dibelinya adalah barang bagus dan sesuai spesifikasi yang disebutkan. Hal
ini menurut dia menjadi tantangan yang terbesar, bagaimana untuk selalu
mengedepankan kepercayaan pelanggan-pelanggannya. “Kami akan tanggung
100% uang kembali jika terjadi kerusakan barang.Yang penting adalah
kepercayaan,” papar Ines. Namun, tegas Ines, distribusi secara
online juga bukan perkara mudah. Banyak yang harus dilakukan untuk
mengenalkan bisnisnya pada calon pelanggan. Antara lain, ia harus sigap
membuka jaringan dengan membentuk kemitraan dengan pedagang sejenis,
sebut saja moslemchannel yang kini menjadi mitra bisnisnya. Kendati
demikian, menurut dia, saat memulai bisnisnya di bulan Maret tahun
2008, muslimdistro. com langsung mampu menggaet sejumlah pelanggan.
Muslimdistro. com, kata dia, bisa menjual hingga 2.000 potong pakaian
pada bulan ketiga setelah pendiriannya. Saat itu, kaos yang
ditawarkan Ines dibanderol dengan harga Rp80.000 per potong. Hal ini
yang membuat Ines optimistis terhadap bisnis online yang saingannya
saat itu sudah cukup banyak, bahkan di antaranya adalah distro-distro
yang sudah memiliki nama. “Menurut kami yang masih trial saat
itu, not bad,” tutur Ines sambil tersenyum mengingat awal menjalankan
bisnisnya. Menurut Ines, dalam menjalankan bisnis seperti yang
dilakoninya, seseorang harus bisa mencari celah untuk memasarkan
produknya. Dia juga harus pandai membaca kapan naikturunnya
penjualan dan memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya. Khusus busana
muslim, kata dia, ada siklus tertentu di mana penjualan akan meningkat
tajam. “Dari satu bulan sebelum puasa, biasanya penjualan akan naik, inilah karakteristik bisnis busana muslim,” tuturnya. Selanjutnya,
kata Ines, menjelang akhir tahun hingga awal tahun, biasanya merupakan
bulan-bulan sepi. Untuk bulan yang terbilang sepi Ines hanya mampu
menjual 100-200 potong pakaian per bulan. Namun sebaliknya,pada
bulan-bulan ramai, Ines mengaku bisa menjualnya 800-1.000 potong
pakaian per bulan. Di bulan-bulan ramai itu, kata dia, keuntungan yang
diperoleh biasanya 25 persen dari total omzet yang diperolehnya selama
setahun. Menurut Ines, untuk menggenjot penjualan, resep lain
juga dipakai. Antara lain, desain baju yang dijual tidak dibikin ulang.
Dengan demikian, pelanggan tak akan bosan. Dari sisi kualitas, kata
dia, peningkatan juga dilakukan. Terkait dengan kualitas, Ines
mengatakan bahwa hal itu memang memiliki konsekuensi harga jual akan
meningkat.Tahun ini misalnya, kaos distro yang dijual Ines mengalami
kenaikan hingga menjadi Rp85.000 per potong. Namun, itu
diimbangi dengan pemilihan bahan dan teknik penjahitan yang lebih baik.
Lebih lanjut, Ines mengatakan bahwa dalam usaha ini, pihaknya juga
harus siap melayani pelanggan eceran maupun grosir. Karena itu, untuk
menarik pelanggan Ines membuat sistem diskon harga yang menarik. Misalnya,
pembeli yang memesan tiga potong pakaian mendapatkan potongan harga
Rp10.000. Mengenai persaingan, Ines mengaku bahwa hal itu tidak bisa
dihindari. Menurut dia, pemain di bisnis distro makin hari kian
menjamur. Namun, dia berharap bisnisnya tetap eksis kendati
semakin banyak pesaing di bidang yang sama. Sebagai yang termasuk
paling awal terjun ke bisnis kaos distro muslim, Ines cukup percaya
diri bahwa bisnisnya telah memiliki basis konsumen dan akan dapat terus
berkembang. Kini, Ines sudah mengirim produknya hingga ke daerah Mimika
dan Bau-Bau. (cahyo kurnia perdana)(Koran SI/Koran SI/ade)