Alkisah,
sayup-sayup terdengar suara merdu musik gesek di tengah keramaian jalan di
sebuah kota. Orang-orang terhanyut mendengar alunan musik yang terasa
menyedihkan di telinga. Selesai memainkan musiknya, terdengar tepuk tangan
orang-orang di situ. Pemuda itu pun berdiri dan membungkukkan badannya,
mengucap terima kasih atas penghargaan yang diberikan.
Salah seorang penonton setengah baya, yang telah beberapa saat mengamati si pemuda bermain musik, bertanya kepadanya, "Anak muda, engkau tampaknya bukan penduduk sini. Permainan musikmu bagus sekali! Apa yang hendak kamu sampaikan lewat lagu sedih yang kamu mainkan tadi?"
"Saya
memang bukan penduduk sini Tuanku, saya dari desa sebelah yang sedang tertimpa
musibah."
"Kamu
ingin uang receh sebagai gantinya?"
"Tidak
Tuanku, tidak. Saya tidak menjual musik demi uang recehan..."
"Lalu
untuk apa kamu bermain musik di tengah keramaian ini?" lanjutnya bertanya.
"Sebenarnya,
saya bermaksud ingin menjual alat musik ini. Saya sengaja bermain musik agar
calon pembeli bisa mendengarkan merdunya alat musik kesayangan saya ini,"
jawab si pemuda seraya mengangsurkan alat musiknya kepada tuan penanya.
Sambil
menerima dan meneliti alat musik tersebut, sang tuan kembali berkata,
"Bila alat musik ini kesayanganmu, kenapa engkau rela untuk
menjualnya?"
"Tolong saya Tuan, istri saya sedang menunggu kelahiran anak kami. Walaupun alat musik ini adalah harta terakhir yang sangat saya sayangi, tetapi saya tahu, saya pasti lebih mencintai istri dan anak saya. Demi sebuah kehidupan baru, rasanya layaklah pengorbanan ini," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Setelah
menimbang beberapa saat, sang tuan merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan
kepingan emas. "Terimalah uang ini untuk membantu kelahiran anakmu!"
Segera
diterimanya uang itu, dan si pemuda berseru gembira: "Terima kasih banyak
Tuan! Sebagai hadiah, saya berjanji akan mengajar memainkan alat musik ini
kepada Tuan."
Dengan
tangan yang lain, alat musik dikembalikan kepada si pemusik.
Si
pemuda kebingungan bertanya, "Apa yang salah, Tuan? Anda tadi sudah
mendengar suaranya yang merdu kan?"
"Hahaha,
saya sengaja membayarmu untuk menyimpan alat musik ini. Karena alat ini
tempatnya adalah di tanganmu. Saya yakin, tak seorang pun mengenal dan bisa memainkannya
sebagus dirimu. Kerelaan menyerahkan hartamu yang paling berharga, demi cinta
yang kau berikan adalah layak untuk upah yang saya berikan kepada kamu."
Si
pemuda terbata-bata bertanya, "Tuan, bagaimana saya membalas kebaikan
ini?"
"Anak
muda, berikan cinta kepada anakmu dan limpahkan kasih sayang kepada istrimu,
dengan begitu kamu telah melunasi kebaikanku," ucap tuan penolong sambil
beranjak pergi meninggalkan si pemuda yang masih terkesima.
Andre
Wongso