Menggeluti dunia yang sudah diakrabi
memang lebih gampang. Paling tidak, itulah yang dirasakan Abimanyu Carnadie
ketika memutuskan sekolah selam sebagai ladang bisnis yang ditekuninya. Dunia
selam memang bukan dunia asing bagi Abi, demikian ia akrab disapa. Tak hanya
hobi, ia juga tercatat sebagai pesertifikat peringkat Master Instruktor dari
Professional Association of Diving Instructors (PADI – asosiasi bergengsi kelas
dunia). Berbekal kemampuan inilah dia lantas mengembangkan Bubbles Dive Center
(BDC) yang dibesutnya pada 1996 di Cilandak Sport Center (sekarang Cilandak
Town Square). “Waktu itu saya meminjam uang ibu saya Rp 50 juta,” ia
menerangkan. Uang itu ia pergunakan untuk sewa gedung dan operasional. “Kalau
peralatan, saya sudah mencicil dari dulu,” tutur ayah dua putra, Kevas dan
Lukas ini.
Perjalanan
mengembangkan BDC ternyata tak mudah. Olah raga jenis ini rupanya tak terlalu
diminati. “Banyak mitos yang melingkupi olah raga ini,” kata Abi. Misalnya
saja, orang takut pada hiu, cuaca di tengah laut dan kondisi alam lainnya.
Mitos itu membuat BDC agak sulit diterima. “Apalagi, olah raga menyelam
terhitung mahal,” lanjutnya. Belum lagi, perekonomian yang tidak menentu kala
itu. Harga sertifikasi yang ditawarkan Rp 1,5-2,5 juta, cukup mahal. Namun, Abi
tak kalah akal. Dia merayu kalangan ekspatriat kolega lamanya, diajak masuk ke
sekolahnya. “Sebelum punya sekolah, saya sudah menjadi instruktur di
perusahaan,” kata Abi yang lebih memilih menjalankan strategi word of mouth.
Upayanya ini
membuahkan hasil. Hanya butuh beberapa bulan, sekolahnya mulai ramai kedatangan
murid baru. Perlu diketahui, BDC juga memberikan sertifikat PADI kepada
siswanya. Jadi, tidak melulu penyelam pemula. “Orang yang memegang sertifikat
Open Water Diver dari luar negeri, bisa meneruskan ke level Adventure Diver di
sini,” katanya. Sebab, secara regulasi, PADI memang mengizinkan hal itu,
sepanjang sekolah menyelam yang bersangkutan mendapat lisensi dari PADI.
Akan tetapi, pohon
bisnis yang sedang dipupuk, terpaksa harus dicabut. “Karena Cilandak Sport
Center dipugar dan diganti menjadi Cilandak Town Square,” kata suami Maureen C
Pa’at ini mengenang. Jadilah BDC rehat sementara. Hingga gedung benar-benar
dipugar, Abi belum memiliki lokasi yang cocok. Ia bertemu dengan mantan
muridnya yang kemudian menawarkan kerja sama. Jadilah BDC kembali dibangun di
kawasan Kuningan, Abi bertekad membuat sekolah menyelamnya lebih bagus. Lahan
seluas 600 m2 disulap menjadi dive centre yang elegan.
Bagaimana tidak,
fasilitas di situ cukup menakjubkan untuk sekolah menyelam. “Saya tidak ingin
sekolah menyelam yang biasa saja,” katanya. Di lokasi baru ini terdapat diving
pool seluas 10 x 8 meter dengan kedalaman 1,5 dan 7 meter. Ditambah lagi, dua
ruangan kelas yang dilengkapi dengan LCD TV 32 inci. Sementara di lounge
perpustakaan disediakan LCD TV 42 inci selain buku-buku tentang menyelam. Nah,
untuk materi pengajaran menggunakan Apple TV. “Jadi semua materi sudah disimpan
di server yang terhubung dengan semua LCD yang langsung akses Internet,” Abi
menjelaskan.
Di dalam bangunan
bergaya cozy ini juga terdapat showroom penjualan peralatan menyelam. Selain
itu, gudang bawah tanah yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengisian tabung.
“Fasilitas yang kami miliki barangkali yang paling bagus,” ia mengklaim.
Pihaknya juga menawarkan trip, equipment retail, equipment maintenance &
service, scuba tank refill & rental, serta diving equipment rental. “Kami
juga punya jasa fotografi bawah air dan videografi,” Abi menambahkan.
Abi mengaku tak
ingat benar berapa dana yang telah dihabiskan untuk membuat itu semua.
“Totalnya tidak tahu berapa. Gedung saja, saya rasa Rp 1 miliar lebih,”
katanya. Termasuk saat ditanya omset, Abi tidak mau blak-blakan. Namun yang
pasti kontribusi dari rental sedikit lebih besar dibanding course. Gambarannya,
dia menargetkan 15 sertifikasi berbagai level tiap bulannya. Sementara biaya
untuk level pemula berkisar Rp 5 juta (kursus selama 2-3 minggu). Satu kelas
berkisar 3-5 orang. Sampai saat ini, BDC sudah mengeluarkan 1.000 lebih
sertifikat. “Tetapi bukan itu yang ditekankan,” Abi buru-buru menepis anggapan
miring. Sebagai seoarang diver, ia tetap memegang idealisme. “Kalau sekadar
sertifikat, itu mudah. Tapi bagaimana membuat orang bisa menyelam dengan aman,”
ujarnya. Karenanya, Abi tidak mau main-main soal kualitas pengajarannya.
Bahkan, satu instruktur yang biasanya membawahkan 8 orang, di BDC hanya boleh
lima student, dan penguji dilakukan oleh orang berbeda. “Biar objektif,”
katanya.
Di mata Gerry,
salah seorang murid BDC, dari sisi kualitas, BDC tergolong bagus. Sebab, BDC
memegang peringkat five stars dari PADI. “Berarti kan memang bagus,” kata Gerry
yang mengambil kelas Open Water. Kelebihan lain, jam kursus bisa didiskusikan
antara instruktur dan pesertanya. “Tidak kaku. Kapan kami mau aja, mereka pasti
kasih.”
Faika juga
menuturkan hal senada. Perempuan yang sudah mengenal diving sejak 6 tahun lalu
ini melihat kualitas BDC cukup bagus, baik instruktur maupun fasilitas kursus
yang disediakan. “Dulu saya kursus di tempat lain. Tapi pindah setelah melihat
fasilitas di sini bagus,” katanya. Faika tahu keberadaan BDC dari temannya
sesama diver. Disebutkan Faika, di BDC lebih menekankan safety dan fun. Bahkan,
lanjutnya, metode pengajaran bisa berlangsung kapan saja dan di mana saja.
“Misalnya kami lagi belajar sendiri di rumah, terus ada yang tidak tahu,
tinggal telepon instruktur saja,” katanya. SWA I
Sigit A. Nugroho
Sumber : okezone.com