Kumpulan Artikel Tips dan Triks Pengusaha Sukses, anda yang sudah jadi pengusaha jadikan blog ini untuk mendapatkan inspirasi dalam memaksimalkan usaha anda. Kirimkan Artikel anda di blocknotinspire@gmail.com
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://idegilabisnis.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Nugget dari Daging Kelinci


Sebagian besar orang mungkin biasa mendengar sate kelinci. Tapi, pernahkah Anda mendengar nugget kelinci? Saat ini sudah ada orang yang terpikir untuk mengembangkannya.

Adalah Nuning, yang secara tidak sengaja mengawali bisnis nugget ini. “Awalnya saya melihat di sepanjang Jalan Raya Puncak itu banyak yang menjual makanan dari kelinci, seperti sate kelinci. Lama-lama saya terpikir, produk apa yang belum diolah dari daging kelinci,” kisahnya.

Berbekal rasa ingin tahu itu lah, Nuning memulai bisnis nugget kelincinya. Dikisahkannya, untuk membuat nugget kelinci itu tidaklah sulit. “Semuanya saya kerjakan secara manual. Saya olah sendiri, belum dibuat secara massal dengan mesin,” katanya.

Dengan cara tersebut, kata Nuning, dirinya bermaksud menekan biaya operasional, dalam hal ini yaitu upah tenaga kerja. “Lagipula, saya saat ini masih menunggu ijin produk nugget saya dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Kalau sudah keluar nanti, barulah saya berani berproduksi secara massal,” katanya.

Lebih lanjut Nuning mengatakan, produk nuggetnya tersebut tidak hanya dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga ke sejumlah daerah, seperti  Yogyakarta, Malang, dan Ambarawa. “Untuk sekali angkut, jumlahnya bisa mencapai 100 kemasan per daerah. Dengan harga per kemasannya Rp 20 ribu,” urainya.

Kendati demikian, dia mengakui untuk mengembangkan usahanya ini tidaklah mudah, terutama karena selama ini kelinci identik sebagai hewan peliharaan.

“Terkadang saya mengalami kesulitan dalam meyakinkan calon konsumen untuk membeli produk nugget saya. Karena, mereka umumnya merasa kasihan dengan kelinci yang dijadikan nugget tersebut. Kan selama ini mereka mengenal kelinci sebagai hewan peliharaan atau hiasan, bukan untuk dikonsumsi,” ujar ibu dua anak ini.

Namun dia pun tak merasa kecil hati dengan anggapan kebanyakan orang tersebut. Dia pun menganggap hal tersebut sebagai pemicu untuk lebih bisa meyakinkan orang lain untuk mencoba produknya. “Saya sering bawa contoh nugget yang sudah digoreng, agar calon pembeli teryakinkan,” ujarnya.

Ide pengembangan bisnis nugget ini, menurut Nuning sebenarnya tidak terlepas dari peternakan kelinci yang mulai dirintisnya sejak dua tahun lalu. Saat ini jumlah kelinci yang ada di peternakan itu sudah mencapai 1.000 ekor, terdiri dari kelinci hias dan kelinci pedaging.

Padahal, pada awal dia merintis usaha ini, jumlah kelinci yang dimilikinya hanya empat ekor. “Awal mula saya memulai bisnis kelinci ini karena saya suka kelinci. Modal awal saya dulu cuma Rp1 juta,” kenangnya.

Oleh karena kelinci-kelinci itu berkembang biak, bahkan hingga 75 ekor anak kelinci, dia akhirnya memutuskan untuk memindahkan sebagian kelinci-kelinci tersebut ke lahan kosong miliknya di Cisarua, Bogor.

“Ketika belum lama sejak saya pindahkan ke Cisarua, ternyata ada orang yang meminta saya untuk menyediakan kelinci sebanyak 100 ekor. Dari situlah saya mulai terpikir untuk menjalankan bisnis kelinci ini,” katanya.

Dari bisnis kelinci tersebut, kini dia mampu meraup omzet Rp 50 juta per bulan dengan marjin 20 persen per bulan. Untuk harga kelinci, dia mematok harga yang bervariasi. Induk kelinci hias dihargainya mencapai Rp 1,5 juta per ekor, sedangkan anak kelinci hias dihargai Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu per ekor. Sementara, untuk induk kelinci pedaging dihargainya Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per ekor, sedangkan anak kelinci pedaging dihargai Rp 30 ribu per ekor.

“Dalam sebulan saya bisa menjual 150 ekor kelinci. Saya jual ke pengepul untuk didistribusikan lagi ke penjual sate, bahkan ke tempat wisata, seperti Taman Safari,” paparnya.

Tidak hanya itu, menurut Nuning, semua bagian dari kelinci itu bisa diolah kembali. Misalnya, kotoran kelinci, yang dia jadikan sebagai pupuk. Selain itu, kulit kelinci, yang dia olah menjadi kerupuk kulit. “Jadi tidak ada yang tersisa dari seekor kelinci, semua bisa mendatangkan uang,” katanya.

Ditambahkannya, hingga saat ini, dia telah mempekerjakan 10 orang karyawan di peternakan kelincinya di Cisarua yang luasnya mencapai 2.000 meter persegi. Dari kisah suksesnya merintis bisnis kelinci ini, dia pun berpesan agar para pemula bisnis ini menjalankan secara total. “Yang penting niat, jangan setengah-setengah, dan harus ikhlas,” tandasnya. (*/Okezone)


Sumber : ciputraentreprenuerchip.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More