Banyak dari kita mungkin sudah pernah
membuka atau menyimpan file dalam portable document format (PDF). Begitu pula
ternyata kalau kita cari di internet, berbagai informasi banyak yang disimpan
dengan format PDF.
Saat pertama kali diperkenalkan pada 1993 oleh Adobe, PDF masih sedikit yang mengenal atau menggunakannya. Pengguna komputer pun juga masih jarang yang menyimpan file-nya dalam format PDF, salah satu penyebabnya saat itu adalah ukuran format file yang masih cukup besar sehingga jika diunggah atau diunduh dengan kecepatan modem saat itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, pada waktu itu PDF tersedia hanya dalam format berbayar sehingga jarang orang yang mau menggunakannya.
Namun setelah Adobe memberikan Acrobat Reader secara gratis (agar seseorang bisa membaca suatu file dalam format PDF), perkembangan file dengan format PDF pun melonjak dengan sangat tinggi (tentunya dengan diimbangi peningkatan kualitas dari format PDF yang ada). Kemudian setelah banyak orang yang menggunakan format PDF, Adobe membuat standar ISO. Selanjutnya mereka memberikan penawaran kepada konsumen yang mau menggunakan format tersebut secara profesional. Dengan demikian Adobe bisa mendapatkan pangsa pasar yang baru dalam jumlah yang besar pula untuk bisa menawarkan berbagai produknya yang lain.
Demikian pula yang bisa dilakukan dalam bisnis kita. Apabila produk atau jasa kita secara kualitas memang sudah layak untuk dipasarkan, tapi masih sedikit orang yang mengenal atau membeli produk atau jasa kita, salah satu caranya adalah dengan memberikan “gratis” kepada calon konsumen. Mungkin ada pertanyaan, “Apa untungnya kita memberikan gratis? Apa yang bisa kita berikan secara gratis? Apa nantinya kita tidak rugi jika memberikan gratis kepada calon konsumen kita?” Inilah Marketing Revolution, memberikan “gratis” sebenarnya justru bisa menjadi salah satu strategi pemasaran kita yang ampuh (masih ingat istilah Funneling?).
Dengan memberikan “gratis”, secara umum akan banyak orang yang tertarik dengan produk atau jasa kita dan selanjutnya mereka mau mencari dan menggunakannya. Jika memang produk atau jasa kita berkualitas, banyak orang akan memberitahukan hal tersebut kepada orang lain (bisa menjadi program iklan “dari mulut ke mulut”). Dengan demikian produk atau jasa kita yang lainnya pun juga bisa semakin dikenal dan diminati. Pertanyaan selanjutnya, apa yang bisa kita berikan secara “gratis”? Kita bisa memberikan gratis dalam berbagai bentuk baik produk atau jasa, tapi sebisa mungkin berikan gratis yang memang tidak mengeluarkan biaya tambahan bagi Anda/perusahaan.
Kalaupun harus mengeluarkan biaya, sebisa mungkin dengan biaya yang efektif. Perlu diingat juga, meskipun gratis, hal tersebut harus tetap memiliki kualitas yang baik dan nilai yang tinggi bagi konsumen. Sebagai contoh, ada sebuah bengkel yang pertama kali sepi dan karyawannya juga tidak ada pekerjaan. Kemudian bengkel tersebut saya minta untuk bisa memberikan sesuatu yang gratis sehingga bisa menarik keramaian. Pemilik bengkel tersebut memang sempat berpikir, “Apa yang bisa saya berikan secara gratis?” Saya menyarankan, berikan gratis tapi tidak mengeluarkan biaya atau dengan biaya yang kecil. Kemudian yang gratis tersebut harus dikomunikasikan dengan cara yang tepat dan kepada target pasar yang tepat pula.
Salah satunya dengan memasang tulisan “GRATIS” dengan huruf besar dan mencolok dalam suatu spanduk yang cukup besar pula. Kemudian muncul ide: gratis ongkos ganti oli, gratis ongkos servis radiator, gratis semir ban supaya berkilap, gratis isi angin untuk ban, gratis ongkos cek rem karena hal-hal itu kesannya mahal. Ternyata setelah bengkel tersebut memasang spanduk yang besar, “Sebelum Anda berlibur atau mudik, cek rem mobil Anda lebih dulu di tempat kami GRATIS!, daripada terjadi Rem Blong di tengah jalan”, maka bengkel mulai tersebut didatangi banyak orang untuk mendapatkan “gratisan” tersebut.
Setelah membaca spanduk tersebut orang-orang mulai berpikir,“Benar juga ya ... daripada nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, rem blong dan terjadi kecelakaan ... lebih baik saya ke bengkel tersebut, toh gratis....” Yang sangat penting untuk kita ingat, setelah kita berikan gratis dan orang mau datang, berikan suatu penawaran yang sangat dahsyat. Sebagai contohnya, bengkel tersebut menawarkan berbagai bentuk servis lain dan penjualan produk lain yang tentu tidak gratis. Hal di atas perlu ditegaskan karena saya banyak menemukan perusahaan yang sebenarnya sudah memberikan sesuatu “gratis”, tapi ketika sudah banyak orang yang datang, mereka tidak memberikan penawaran yang menarik. Akibatnya hasilnya kurang efektif dalam peningkatan pemasaran secara langsung. Sayang sekali.
Oleh karena itu, kita harus mempunyai strategi yang terpadu supaya upaya “gratis” tersebut tidak sia-sia belaka. Dan kembali ke bengkel tadi, ternyata dengan memberikan produk “gratis”, semakin banyak orang yang mengenal bengkel tersebut dan semakin banyak orang pula yang dengan senang hati mau membeli produk atau jasa lain yang ditawarkan oleh bengkel tersebut.(adn)
TUNG DESEM WARINGIN
Pelatih Sukses No 1 di Indonesia The most Powerful People and Ideas in Business 2005
Sumber : okezone.com
Saat pertama kali diperkenalkan pada 1993 oleh Adobe, PDF masih sedikit yang mengenal atau menggunakannya. Pengguna komputer pun juga masih jarang yang menyimpan file-nya dalam format PDF, salah satu penyebabnya saat itu adalah ukuran format file yang masih cukup besar sehingga jika diunggah atau diunduh dengan kecepatan modem saat itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, pada waktu itu PDF tersedia hanya dalam format berbayar sehingga jarang orang yang mau menggunakannya.
Namun setelah Adobe memberikan Acrobat Reader secara gratis (agar seseorang bisa membaca suatu file dalam format PDF), perkembangan file dengan format PDF pun melonjak dengan sangat tinggi (tentunya dengan diimbangi peningkatan kualitas dari format PDF yang ada). Kemudian setelah banyak orang yang menggunakan format PDF, Adobe membuat standar ISO. Selanjutnya mereka memberikan penawaran kepada konsumen yang mau menggunakan format tersebut secara profesional. Dengan demikian Adobe bisa mendapatkan pangsa pasar yang baru dalam jumlah yang besar pula untuk bisa menawarkan berbagai produknya yang lain.
Demikian pula yang bisa dilakukan dalam bisnis kita. Apabila produk atau jasa kita secara kualitas memang sudah layak untuk dipasarkan, tapi masih sedikit orang yang mengenal atau membeli produk atau jasa kita, salah satu caranya adalah dengan memberikan “gratis” kepada calon konsumen. Mungkin ada pertanyaan, “Apa untungnya kita memberikan gratis? Apa yang bisa kita berikan secara gratis? Apa nantinya kita tidak rugi jika memberikan gratis kepada calon konsumen kita?” Inilah Marketing Revolution, memberikan “gratis” sebenarnya justru bisa menjadi salah satu strategi pemasaran kita yang ampuh (masih ingat istilah Funneling?).
Dengan memberikan “gratis”, secara umum akan banyak orang yang tertarik dengan produk atau jasa kita dan selanjutnya mereka mau mencari dan menggunakannya. Jika memang produk atau jasa kita berkualitas, banyak orang akan memberitahukan hal tersebut kepada orang lain (bisa menjadi program iklan “dari mulut ke mulut”). Dengan demikian produk atau jasa kita yang lainnya pun juga bisa semakin dikenal dan diminati. Pertanyaan selanjutnya, apa yang bisa kita berikan secara “gratis”? Kita bisa memberikan gratis dalam berbagai bentuk baik produk atau jasa, tapi sebisa mungkin berikan gratis yang memang tidak mengeluarkan biaya tambahan bagi Anda/perusahaan.
Kalaupun harus mengeluarkan biaya, sebisa mungkin dengan biaya yang efektif. Perlu diingat juga, meskipun gratis, hal tersebut harus tetap memiliki kualitas yang baik dan nilai yang tinggi bagi konsumen. Sebagai contoh, ada sebuah bengkel yang pertama kali sepi dan karyawannya juga tidak ada pekerjaan. Kemudian bengkel tersebut saya minta untuk bisa memberikan sesuatu yang gratis sehingga bisa menarik keramaian. Pemilik bengkel tersebut memang sempat berpikir, “Apa yang bisa saya berikan secara gratis?” Saya menyarankan, berikan gratis tapi tidak mengeluarkan biaya atau dengan biaya yang kecil. Kemudian yang gratis tersebut harus dikomunikasikan dengan cara yang tepat dan kepada target pasar yang tepat pula.
Salah satunya dengan memasang tulisan “GRATIS” dengan huruf besar dan mencolok dalam suatu spanduk yang cukup besar pula. Kemudian muncul ide: gratis ongkos ganti oli, gratis ongkos servis radiator, gratis semir ban supaya berkilap, gratis isi angin untuk ban, gratis ongkos cek rem karena hal-hal itu kesannya mahal. Ternyata setelah bengkel tersebut memasang spanduk yang besar, “Sebelum Anda berlibur atau mudik, cek rem mobil Anda lebih dulu di tempat kami GRATIS!, daripada terjadi Rem Blong di tengah jalan”, maka bengkel mulai tersebut didatangi banyak orang untuk mendapatkan “gratisan” tersebut.
Setelah membaca spanduk tersebut orang-orang mulai berpikir,“Benar juga ya ... daripada nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, rem blong dan terjadi kecelakaan ... lebih baik saya ke bengkel tersebut, toh gratis....” Yang sangat penting untuk kita ingat, setelah kita berikan gratis dan orang mau datang, berikan suatu penawaran yang sangat dahsyat. Sebagai contohnya, bengkel tersebut menawarkan berbagai bentuk servis lain dan penjualan produk lain yang tentu tidak gratis. Hal di atas perlu ditegaskan karena saya banyak menemukan perusahaan yang sebenarnya sudah memberikan sesuatu “gratis”, tapi ketika sudah banyak orang yang datang, mereka tidak memberikan penawaran yang menarik. Akibatnya hasilnya kurang efektif dalam peningkatan pemasaran secara langsung. Sayang sekali.
Oleh karena itu, kita harus mempunyai strategi yang terpadu supaya upaya “gratis” tersebut tidak sia-sia belaka. Dan kembali ke bengkel tadi, ternyata dengan memberikan produk “gratis”, semakin banyak orang yang mengenal bengkel tersebut dan semakin banyak orang pula yang dengan senang hati mau membeli produk atau jasa lain yang ditawarkan oleh bengkel tersebut.(adn)
TUNG DESEM WARINGIN
Pelatih Sukses No 1 di Indonesia The most Powerful People and Ideas in Business 2005
Sumber : okezone.com