Pendiri Twitter, Evan Williams, pekan lalu
menutup Web 2.0 Summitdi San Francisco dengan berbicara terus terang tentang bisnisnya.Secara
tegas dia mengatakan layanan microblogging
memiliki rencana masa depan yang menguntungkan.
Tahun ini Williams memang berbicara banyak di forum tahunan itu, berbeda dengan tahun sebelumnya yang pelit ngomong. Sampai- sampai,moderator pada konferensi tersebut,John Battelle,menggarisbawahi bahwa Williams “telah memulai menjawab setiap pertanyaan yang muncul”.
Williams mengakui, dirinya butuh waktu untuk mengenal dan mempromosikan tren tweet, yang berfungsi sebagai iklan. Selain itu, dia menganggap perusahaan-perusahaan memiliki alasan untuk berhati- hati jika akan melakukannya.
”Kita tidak bisa meletakkan sesuatu di hadapan seseorang jika mereka tidak peduli dengan hal itu karena tidak semua hal akan bekerja sebagaimana promosinya.Tapi sekarang, tren kenaikan percakapan tentang sebuah topik mencapai 3–6 kali,”ujar Williams seperti dikutip CNNMoney.
Namun, pria kelahiran 31 Maret 1972 itu tidak mau berkomentar banyak mengenai angka-angka atau nilai dolar secara spesifik terkait proyeknya di masa mendatang. Dia hanya menegaskan bahwa perhitungannya cukup baik pada produk yang dipromosikan dan membuat sebagian besar pengiklan kembali menggunakan medianya.
”Ada berjuta cara untuk menghasilkan uang lewat Twitter. Saya yakin kami akan mencobanya lagi,” ujar William.
William sadar, untuk bersaing di bisnis internet, pihaknya harus selalu membuat inovasi.Maka,dia pun bersama timnya melakukan pengembangan berupa peluncuran ”New Twitter” pada musim panas lalu.
Salah satu inovasi yang diusungnya adalah dengan membuat tata letak dan fitur sosial seperti ”Who to Follow”.
”Kami sedang berada pada periode transisi sebelumnya, kami menghabiskan sangat sedikit waktu untuk melakukan peningkatan produk. Itulah mengapa kami harus menggunakan semua waktu yang kami miliki,”ujar Williams.
Dia menambahkan, sudah memperoleh poin bahwa perusahaannya memiliki waktu dan sumber daya untuk melakukan sejumlah peningkatan tahun ini. Williams yang sebelumnya bekerja pada perusahaan pengelola software, Pyra Labs,mengakui jika dia sendiri sudah mengalami masa transisi di Twitter.
Hal itu ditunjukkan dengan diserahkannya jabatan chief executive officer (CEO) di Twitter kepada mantan chief operation officer (COO)-nya Dick Costolo. Ini dilakukan dengan alasan agar dia lebih fokus pada produk dan desain Twitter.
“Menjadi CEO di perusahaan swasta, lalu mengambil sesuatu yang berisiko bagi perusahaan adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan,” ujarnya.
Transisi Twitter juga melibatkan kemitraan dengan perusahaan teknologi lainnya. Tahun lalu, Twitter membuat kesepakatan untuk memasukkan alirannya ke mesin pencari Google dan Bing dari Microsoft. Williams menuturkan, seiring dengan semakin banyaknya permintaan untuk data, Twitter diklaim telah melebihi kapasitas. Akhirnya, Twitter pun menandatangani kesepakatan dengan Gnip untuk menjual sebagian dari data ”firehose”di Twitter.(Rosmiyati Dewi Kandi/Koran SI/wdi)
Tahun ini Williams memang berbicara banyak di forum tahunan itu, berbeda dengan tahun sebelumnya yang pelit ngomong. Sampai- sampai,moderator pada konferensi tersebut,John Battelle,menggarisbawahi bahwa Williams “telah memulai menjawab setiap pertanyaan yang muncul”.
Williams mengakui, dirinya butuh waktu untuk mengenal dan mempromosikan tren tweet, yang berfungsi sebagai iklan. Selain itu, dia menganggap perusahaan-perusahaan memiliki alasan untuk berhati- hati jika akan melakukannya.
”Kita tidak bisa meletakkan sesuatu di hadapan seseorang jika mereka tidak peduli dengan hal itu karena tidak semua hal akan bekerja sebagaimana promosinya.Tapi sekarang, tren kenaikan percakapan tentang sebuah topik mencapai 3–6 kali,”ujar Williams seperti dikutip CNNMoney.
Namun, pria kelahiran 31 Maret 1972 itu tidak mau berkomentar banyak mengenai angka-angka atau nilai dolar secara spesifik terkait proyeknya di masa mendatang. Dia hanya menegaskan bahwa perhitungannya cukup baik pada produk yang dipromosikan dan membuat sebagian besar pengiklan kembali menggunakan medianya.
”Ada berjuta cara untuk menghasilkan uang lewat Twitter. Saya yakin kami akan mencobanya lagi,” ujar William.
William sadar, untuk bersaing di bisnis internet, pihaknya harus selalu membuat inovasi.Maka,dia pun bersama timnya melakukan pengembangan berupa peluncuran ”New Twitter” pada musim panas lalu.
Salah satu inovasi yang diusungnya adalah dengan membuat tata letak dan fitur sosial seperti ”Who to Follow”.
”Kami sedang berada pada periode transisi sebelumnya, kami menghabiskan sangat sedikit waktu untuk melakukan peningkatan produk. Itulah mengapa kami harus menggunakan semua waktu yang kami miliki,”ujar Williams.
Dia menambahkan, sudah memperoleh poin bahwa perusahaannya memiliki waktu dan sumber daya untuk melakukan sejumlah peningkatan tahun ini. Williams yang sebelumnya bekerja pada perusahaan pengelola software, Pyra Labs,mengakui jika dia sendiri sudah mengalami masa transisi di Twitter.
Hal itu ditunjukkan dengan diserahkannya jabatan chief executive officer (CEO) di Twitter kepada mantan chief operation officer (COO)-nya Dick Costolo. Ini dilakukan dengan alasan agar dia lebih fokus pada produk dan desain Twitter.
“Menjadi CEO di perusahaan swasta, lalu mengambil sesuatu yang berisiko bagi perusahaan adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan,” ujarnya.
Transisi Twitter juga melibatkan kemitraan dengan perusahaan teknologi lainnya. Tahun lalu, Twitter membuat kesepakatan untuk memasukkan alirannya ke mesin pencari Google dan Bing dari Microsoft. Williams menuturkan, seiring dengan semakin banyaknya permintaan untuk data, Twitter diklaim telah melebihi kapasitas. Akhirnya, Twitter pun menandatangani kesepakatan dengan Gnip untuk menjual sebagian dari data ”firehose”di Twitter.(Rosmiyati Dewi Kandi/Koran SI/wdi)
Sumber : okezone.com