Alkisah, seorang lelaki melamar pekerjaan sebagai office-boy di sebuah istana. Staf istana mewawancarai dia dan memberi tugas membersihkan lantai sebagai tesnya.
"Kamu diterima," katanya. "Berikan alamat e- mailmu dan saya akan mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai kerja."
Lelaki itu menjawab,"Tapi saya tidak punya komputer, apalagi e-mail ..."
"Maaf," potong staf istana dengan cepat. "Kalau Anda tidak punya e-mail, berarti Anda tidak bisa diterima bekerja."
Lelaki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan sedikit uang di dalam kantongnya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi ke pasar dan membeli 10 kg tomat. Ia menjual tomat itu dari rumah ke rumah (door-to-door). Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia melakukan pekerjaan ini tiga kali, dan pulang dengan membawa uang yang cukup untuk hidup beberapa hari. Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini.
Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang lebih larut. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli gerobak, lalu truk, dan akhirnya ia memiliki armada kendaraan pengiriman sendiri.
Lima tahun kemudian, lelaki yang tekun dan pekerja keras itu sudah menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar. Ia mulai merencanakan masa depannya bersama keluarga dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.
Ia menghubungi petugas asuransi. Petugas itu pun menanyakan alamat e-mailnya. Lelaki itu menjawab, "Saya tidak punya e-mail."
Maka petugas itu bertanya dengan penasaran, "Anda tidak punya e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau punya e-mail?!"
Lelaki itu menjawab, "Ya, saya menjadi office boy di sebuah istana!!"
Sumber : andriewongso.com