Ada sebuah
kejuaraan panjat tebing yang diikuti lima orang pemuda.
Tebing ini
sangat terjal dan memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi di banding
kebanyakan tebing. Karena tingkat kesulitannya tidak banyak orang yang berani
mencoba. Namun kelima peserta dengan semangat dan percaya diri yang tinggi
masing-masing menyatakan kesanggupan mereka untuk menaklukkannya.
Semua telah
tampak siap dengan peralatan mereka. Acara pun di mulai. tiap peserta mulai
memanjat dengan antusias. Penonton yang ramai riuh memberi semangat.
Dan sekarang
mereka telah mencapai sepertiga tebing. Keterjalan tebing dan sisi-sisi yang
licin membuat seorang peserta nyaris jatuh. Namun dia dengan sigap merah
pegangan dan memanjat lagi. Dua penonton berbisik “mereka tidak akan mampu
mengakhiri lomba ini, tebingnya terlalu curam!”. Dan benar saja, pemuda yang
nyaris jatuh tadi, sekarang benar-benar jatuh dan lututnya terluka.
Tersisa empat
peserta lagi. Beberapa orang khawatir. Jika peserta yang lain jatuh, maka
semakin tinggi jatuhnya akan semakin tinggi dia terluka. Dan…, kali ini mereka
benar lagi. Satu pesera jatuh dan terluka lebih parah dari peserta sebelumnya.
Tinggal tiga orang lagi tersisa.
Sebagian dari
penonton mulai tampak resah. Mereka mengatakan pada panitia untuk menghentikan
perlombaan, tebing ini terlalu curam dan licin. Satu persatu mereka berteriak
“turunlah, kalian tidak akan mampu memanjatnya!” Mereka semuanya telah melewati
3/4 ketinggian tebing. “Turunlah, demi keselamatanmu!” Seorang peserta
kehilangan konsentrasinya, dan jatuh. Langsung tak sadarkan diri.
Dua peserta
lagi tersisa. Semakin banyak orang meneriaki mereka untuk turun. Mereka tak
akan mampu menaklukkan tebing ini. Tidak mungkin mengingat sisa tenaga yang
mereka miliki seperti itu.
Sekarang hanya
tinggal dua meter tersisa. Dan satu orang peserta jatuh lagi. Dokter yang siap
berjaga pun segera memeriksanya.
Sekarang hampir
semua orang meneriaki peserta terakhir demi keselamatannya. Namun dia akhirnya
meneyelesaikan perlombaan panjat tebing itu dengan sempurna. Semua orang merasa
heran dan kagum padanya. Beberapa menitikkan air mata mengingat betapa sulitnya
tantangan dan empat peserta lain yang gagal dan terluka parah.
Reporter TV
lokal dan para wartawan yang telah menunggunya di bawah segera mendatanginya
untuk wawancara. “Apa rahasianya sehingga anda begitu tangguh dan bertenaga?”.
Pemuda itu tampak kebingungan dan hanya diam. Wartawan lain bertanya lagi.
“Apakah anda sering memenangkan lomba panjat tebing sebelumnya?” Dia diam lagi
dan hanya berbicara dengan gagap.
Seorang
temannya menghampiri mereka. Sambil memberi minum kepada pemenang tersebut dia
berkata kepada para wartawan, “Ma’af ya, teman saya ini tuna rungu. Dia tidak
bisa mendengar”.
Oleh :Teddy
Amry
Sumber :
ceritadanwarta.com