“Kemajuan sering menjadi
milik orang lain, karena kita tak meneruskan pekerjaan dan berhenti ditengah
jalan”.
Banyak orang mundur dan
berhenti ditengah jalan, ketika sedang mengerjakan sesuatu, padahal mungkin
saja selangkah lagi maju. Misalnya, kuliah selangkah lagi lulus, tinggal
skripsi. Penulisan sebentar lagi jadi buku, tinggal bab terakhir. Usaha, sedikit lagi jalan, tinggal butuh kesabaran. Namun karena mundur,
akhirnya kuliah, buku serta usaha menjadi tak sukses.
Yang saya khawatirkan, bukan
sekedar mundur atau berhentinya, namun yang ditakutkan. Kita bisa terjangkit
sifat kelembaman, dimana bila seseorang terkena kelembaman, ia bisa terus
malas, sehingga apabila tak ada orang yang membangkitkan kembali, tujuan akhir
tak tercapai.
Dalam ilmu fisika, hukum
kelembaman itu, intinya, yaitu apabila benda diam dalam satu tempat dan tidak
ada gesekan atau gesekannya nol, benda tersebut akan diam terus. Begitu juga
ketika benda tersebut bergerak, dan tidak ada gesekan, benda tersebut akan
terus bergerak.
Maka, ketika suatu benda
bergerak terus agar berhenti, perlu rem yang menghentikan pergerakannya.
Sebaliknya, bagi benda yang diam terus, diperlukan energi untuk menggerakan.
Begitu juga dalam kehidupan
manusia, ketika seseorang diam terus dirumah, dan tak ada kegiatan, orang
tersebut bisa semakin malas, ide-ide untuk bekerja menjadi hilang, tak ada
inovasi, tak ada kegiatan apa pun, yang ada maunya tidur, paling banter makan.
Sehingga tidur makan, tidur makan merupakan kegiatan sehari-hari yang akhirnya
bisa terkena sifat lembam, apalagi tak ada yang memotivasi.
Kegiatan tersebut banyak
terlihat dalam kehidupan dimasyarakat luas. Suami meskipun sudah punya banyak
anak, masih malas bekerja, karena merasa penghasilan sudah ditopang isteri dan
orang tuanya. Perusahaan berjalan di tempat, karena pegawainya tak mau berubah.
Pegawai pemerintah tetap menjalankan birokrasi ketat, karena menurut
pengetahuannya, birokrasi bisa mengamankan peraturan yang dimanatkan
undang-undang. Tukang sayur, tukang beca, polisi, pegawai pengadilan tetap saja berprilaku seperti
biasanya. Tak ada perubahan yang berarti, ketika pola kegiatannya tak ada yang
merubah.
Kecuali pola tersebut ada
yang menggerakan, misalnya, dalam perusahaan ada pemimpin yang selalu belajar,
sehingga bisa mendongkrak kemajuan. Dalam organisasi ada organisator yang bisa
memberikan penyegaran dan memiliki visi kedepan, sehingga anggotanya mau
bergerak mencapai sasaran. Dalam pembuatan filem, ada sineas, sutradara,
sebagai pembaharu, yang mampu membuat film menjadi hidup. Dalam pembangunan,
ada arsitek yang mampu merancang suatu bangunan menjadi kuat serta memikat.
Begitu juga dalam hidup perlu teman lain, yang mampu
mendorong dan memberikan inspirasi bagi kemajuan pribadi dan peningkatan karier, serta
kemajuan lainnya.
Sehingga, kata orang bijak,
kita jangan berlama-lama berdiam diri, otak kita menjadi tumpul. Juga jangan
kelamaan menganggur, ilmunya akan hilang, serta kelamaan tak olah raga, badan
keburu sakit, kelamaan merenung, malah akan menambah stres. Karena itu,
sebaiknya, kita mulai berenang, supaya kita dapat menyelami dalamnya lautan.
Mulai Bekerja sambil belajar, supaya kita berpengalaman dan berkembang. Dan
menggali terus, siapa tahu dibalik cangkulan terakhir itu ada emas, mengamalkan
ilmu walaupun satu ayat, sehingga bisa membawa kehidupan yang lebih baik dan
bermakna.
Banyak orang tak berhasil
karena berhenti ditengah jalan, ketika mengerjakan sesuatu. Misalnya, pedagang
bubur berhenti karena tak laku, begitu juga pedagang bakso berhenti berdagang
karena tak kuat menghadapi persaingan. Dokter lupa praktek, karena jadi
politikus, dan bisa saja seorang insinyur pertanian, akan lupa bertani, ketika
lebih banyak bekerja dibelakang meja, yang jarang berhubungan dengan petani.
Banyak lagi, di masyarakat
yang memiliki keahlian tapi tak berguna, dan hidupnya terlunta-lunta, menanti
belas kasihan orang lain, karena ia tak pernah mengimplementasikan ilmu.
Padahal kalau ia mengamalkan, walaupun itu sedikit, pasti akan menghasilkan.
Misalnya, bisa mencangkul, atau menggali saja kalau diamalkan akan menghasilkan
uang, terlihat kuli gali banyak bekerja pada proyek-proyek pembangunan jalan.
Demikian juga jika seseorang mampunya, hanya menggoes sepeda, ya bisa
menjalankan ilmu itu, sedangkan yang mampunya berdagang, sebaiknya
berdaganglah, apalagi mempunyai keahlian dibidang perbaikan mesin, perbengkelan
mobil, perbaikan kulkas atau barang-barang elektronik, tinggal mau mengamalkan,
pasti menghasilkan. Juga bagi keahlian lain, perlu mengamalkan ilmu agar
berhasil. Bila mereka diam saja, ilmu yang dimiliki akan menjadi lembam dan
hilang.
Untuk itu agar tidak lembam,
ketika pekerjaan sedang berjalan, sebaiknya kita berusaha tak pelu berhenti
dulu, tetapi perbaiki kekurangan kita, karena bisa saja selangkah lagi maju.
Dan ketika anda berhenti
juga, ini menandakan anda masih tak sabaran dalam berusaha, belum konsisten,
dalam melakukan sesuatu pekerjaan, yaitu berhenti sebelum mendapatkan hasil.
Akhirnya sering terjadi, yang menikmati hasil, orang yang menggantikan.
Sementara kita sendiri sering gigit jari,
Umumnya perusahaan yang tahan
banting, biasanya mengalami kemajuan, karena perusahaan tersebut telah
mengalami berbagai perjalanan pahit, telah makan asam garam, penuh lika-liku
pengalaman. Apalagi perusahaan itu ditangani oleh orang yang cekatan, dan
mempunyai tekad untuk maju.
Banyak perusahaan yang
tadinya kecil, jadi perusahaan raksasa, contoh perusahan Toyota, awalnya
perusahaan penghasil kendaraan truk dengan body dan mesinnya masih kasar,
tetapi sekarang merupakan perusahaan ternama yang dipandang dunia. Bisa
mengalahkan mobil-modil buatan Eropah. Begitu juga kita sering melihat
usaha-usaha di sekitar kita, misalnya, pembuatan kaos, pembuatan spanduk,
kursus, usaha sekolahan, semula tempat usahanya mengontrak, karena ditekuni,
tempat bisa berubah menjadi milik sendiri.
Sehingga kalau begitu, agar
tak lembam serta bisa mendatangkan kemajuan, sebaiknya kita perlu bergerak
terus dan pantang menyerah dalam berjuang dan bekerja, kalau nda begitu,
keberhasilan akan jadi milik orang lain.
Oleh:
Gagan Gartika
Sumber
: ceritadanwarta.com