Lazimnya, kulit ikan nila atau kakap merapi biasanya hanya dibuang.
Namun, di tangan orang yang kreatif bisa dimanfaatkan menjadi bahan
membuat kerajinan tas dan sepatu yang sangat indah dan bernilai ekonomi
tinggi. Namun tahukah Anda, jika aneka kreasi kerajinan tersebut
ternyata dibuat dengan bahan limbah yang selama ini dibuang. Yaitu
kulit ikan nila atau kakap merapi. Selama ini, ikan nila hanya
dimanfaatkan dagingnya untuk berbagai jenis makanan, namun kulitnya
hanya dibuang sebagai sampah atau limbah. Di tangan wanita nan
kreatif, Rahmawati, yang hanya lulusan diploma, warga Kartasura,
Sukoharjo, Jawa Tengah, limbah kulit ikan nila ini disamak dan
digunakan berbagai bahan kerajinan seperti tas sandal dan sepatu.
Awalnya memang tidak mudah, namun upaya kerasnya akhirnya membuahkan
hasil. "Setelah disamak, kulit ikan nila biasanya dikeringkan
selama semalam. Setelah itu dipotong sesuai pola yang diperlukan.
Kemudian dijahit dan dirangkai menjadi tas, sepatu sandal, atau
dompet," ujar Rahmawati, saat ditemui di kediamannya. Rahmawati
mengaku sudah menekuni dunia kerajinan ini sejak 1990-an. Kerajinan
yang sudah ditekuninya ini berbuah menjadi aneka tas indah, meski
harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Namun, siapa sangka, ternyata
kerajinan miliknya sangat digemari berbagai kalangan di dalam dan luar
negeri. Apalagi tekstur kulit yang ditampilkan terlihat sangat
indah dan unik berbeda dengan kebanyakan bahan kulit lainnya. Tak
terkecuali aneka kreasi sandal dan sepatu indah ini tampil dengan
perpaduan kulit ikan dan karet sintetis yang indah. Dirinya pun
menjual dengan harga puluhan hingga ratusan ribu rupiah per pasang, di
mana aneka sandal dan sepatu ini pun tak kalah peminatnya. Untuk
sandal, dipatok per pasangnya dari Rp150 ribu-Rp300 ribu. Sementara
harga tas mulai dari Rp400 ribuan, semuanya tergantung kesulitan model. Sebelumnya,
Rahmawati dan suaminya Tono hanya menjual ikan nila dalam bentuk utuh
kepada para pedagang di pasar-pasar. Namun akibat kesulitan pasokan,
pendapatan pun terus menurun hingga akhirnya mereka berpikir untuk
mengoptimalkan stok ikan yang dipunyai agar bisa mendapatkan keuntungan
yang layak. Keduanya pun akhirnya mencoba memanfaatkan berbagai
potensi ikan nila seperti kulit, daging, kepala, sirip dan sebagainya
agar bisa dijual dan menambah penghasilan. Untuk sementara, kerajinan
ini hanya dijual di kota Solo dan sekitarnya.(Septyantoro Aji Nugroho/SUN TV/ade)