Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Itu tampaknya nyata terjadi pada tiga sekawan Rahmat, Haris, dan Hakim.
Dari bisnis awal menjual bakso yang tidak berjalan dengan baik, kini
usaha Es Pocong yang dilakoni tiga sekawan itu melegenda di Depok. "Awalnya
jualan bakso. tapi sepi. Waktu itu di daerah Kelapa Dua. Akhirnya kita
berpikir ingin menjual sesuatu yang unik. Dan terpikirlah nama Es
Pocong itu," ungkap Staf Operasional Es Pocong Bonni Angila saat
ditemui okezone di kedainya yang berlokasi di Kober, Jalan Margonda Raya, Depok belum lama ini. Nama
Es Pocong sendiri sebenarnya diambil secara tidak sengaja. Nama
tersebut makin terasa lebih cocok tatkala lokasi baru yang dijadikan
untuk memulai usaha berada wilayah Kober. Kober merupakan sebutan untuk
Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sehingga semakin mantaplah dalam
menciptakan berbagai menu dengan nama-nama yang terkesan seram dan
menakutkan. Coba saja lihat deretan menu yang disajikan. Ada mie
ronggeng, yaitu sejenis mie goreng namun dengan racikan bumbu yang
sedikit istimewa. Kemudian ada kentang goreng yang diberi nama jenglot,
mendoan iblis, nasi uduk tuyul karena ukurannya yang mini, serta yang
tidak kalah menyeramkan adalah sate mayat. "Untuk sate mayat itu
ada telur puyuh, usus, ati-ampela, sosis. Pokoknya isinya mayat ayam.
Memang yang belum pernah tahu akan ketawa-tawa. Padahal ini serem lho," jelasnya berkelakar. Omzet
dari penjualan makanan tersebut memang cukup menggiurkan. Untuk hari
biasa, bisa menghasilkan hingga Rp2,5 juta per hari. Belum lagi akhir
pekan yang bisa naik hingga dua kali lipat atau sama dengan Rp5 juta
per hari. Keuntungan bersihnya memang hanya 30 persennya saja, setelah
dipotong biaya sewa, gaji karyawan dan lain sebagainya. Per
harinya, kedai ini bisa menjual hingga 700-800 buah tempe mendoan.
Sedangkan untuk Es Pocong mencapai 400 porsi per hari. Belum lagi
dengan menu makanan dan minuman yang lainnya. "Dulu pas awal-awal
mendoan bisa habis 1.000-1.200 buah per hari. Tapi sejak ada menu baru
yang muncul, cuma laku 700-800-an per hari untuk tempe mendoannya
saja," jelasnya. Diceritakannya, modal awal untuk memulai usaha
ini hanya dengan dana sekira Rp10 juta. Usaha yang dimulai pada 19 Juni
2006 silam tersebut memang tidak langsung sesukses sekarang.
Dikatakannya, awal mula pernah hanya menghasilkan Rp100 ribu per hari. Selanjutnya,
setiap usaha tentunya tidak luput dari kesulitan. hal tersebut juga
dialami oleh pengelolanya. Kendala yang paling mendasar adalah masalah
tempat dan cuaca. Untuk masalah tempat, kedai yang saat ini dibuka
belum sesuai dengan konsep awal. Di mana konsep awal adalah outdoor. Fungsi outdoor yang dimaksud adalah lokasi untuk pembeli berada di luar, sehingga menciptakan tempat yang nyaman. "Untuk
kendala yang lain adalah saat musim hujan. Kalau musim hujan kan
kondisi cuaca tahu sendiri seperti apa. Jadi itu agak sepi. Tidak
terlalu ramai. Untung masih ada menu yang lain seperti tempe mendoan
itu," katanya. Saat ini, Es Pocong sendiri telah membuka cabang
sebanyak 35 kedai baik dalam maupun luar kota. Di antaranya Solo,
Medan, Manado, Belitung, Serang, Malang, dan beberapa kota lain.
Sementara itu, untuk kedai yang terletak di Margonda, Depok sudah
mempekerjakan sebanyak 12 orang karyawan dari yang awalnya hanya
berjumlah dua orang. Untuk terus mempertahankan keaslian dari
makanan dan minuman tersebut, sejak 2008, khususnya untuk Es Pocong dan
mendoan telah terdaftar di Hak Atas Kekayaan Inteletual (HAKI). Hal
tersebut untuk menjaga keaslian serta merek paten dari makanan dan
minuman tersebut. Selain nama makanan yang disebut diatas, ada
pula nama minuman yang tidak kalah unik sperti es setan merah, black
magic, jelangkung, kolor ijo, hantu laut sundel bolong dan masih banyak
yang lainnya. "Penasaran tidak apa-apa, asal jangan gentayangan,"
tutupnya.(wdi)