Kumpulan Artikel Tips dan Triks Pengusaha Sukses, anda yang sudah jadi pengusaha jadikan blog ini untuk mendapatkan inspirasi dalam memaksimalkan usaha anda. Kirimkan Artikel anda di blocknotinspire@gmail.com
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://idegilabisnis.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Sudarmaji, Setia Teruskan Usaha Keluarga


Minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Begitu hasil penilitian lembaga survei internasional. Selain harga buku sulit terjangkau kalangan bukan mapan, judul buku yang terbatas juga menjadi penyebabnya.

Kendati demikian, hasil survei ini tak mengurungkan usaha yang telah dirintis Sudarmaji, pengelola kios persewaan buku berlabel Erlangga, di jalan Ahmad Yani, Tanjungpinang.

”Ya, rata-rata adalah 20 sampai 50 buku yang disewa setiap hari,” ujar Sudarmaji, seolah-olah membantah surveiitu.

Keluarga Sudarmaji boleh dikata secara khusus menggeluti bisnis sewa-menyewa buku bacaan. Saudara-sauduranya yang lain pun ikut membuka bisnis serupa—yang merupakan "warisan” orangtuanya.

Sudarmaji mulai menggeluti bisnis rental buku ini sejak 1979. Kala itu Sudarmaji kecil masih bersekolah. Pagi buta, dia membantu orangtuanya mendorong gerobak yang berisi buku-buku bacaan—saat itu masih berupa komik dan novel Koo Ping Hoo—ke tempat mangkal di Jalan Merdeka. Trademark yang dipasang di gerobak itu berlabel ”Singgalang”.

Usai menyiapkan ’dagangan’ orang tuanya tersebut, Sudarmaji kecil bergegas ke sekolah. Usai bubaran dari sekolah, Sudarmaji pun ikutan nimbrung di ”kios berjalan” orang tuanya tersebut.

Hari berlalu, sewa-menyewa buku tetap belum sepi peminat. Dari Jalan Merdeka, bisnis persewaan buku pindah ke depan Bioskop Gembira di Jalan Teuku Umar. Cukup lama juga parkir di situ. Persewaan buku ”Singgalang” tetap ramai peminat.

”Yang enaknya saat itu, waktu kios belum buka pun orang sudah antri ingin meminjam,” kenang Sudarmaji.

Tahta manajemen akhirnya berpindah. Orangtuanya menyerahkan pengelolaan sumber penghasilan keluarga itu kepada Sudarmaji dan saudara-saudaranya.

Dalam bisnis, tak selamanya cerah, pun tak selamanya suram. Kios buku ”Singgalang” sempat berpindah-pindah tempat. Apalagi ketika Bioskop Gembira tutup.

Sempat kios Sudarmaji mangkal di samping SD peninggalan Belanda di Jalan Teuku Umar. Tak berapa lama, pindah lagi ke deretan kios di Lapangan Teladan—masih di Jalan Teuku Umar. Sempat pula kios tersebut ”parkir” di Gedung Kaca Puri. Malah, pernah mangkal di Pasar Inpres di Potong Lembu. “Pokoknya pindah-pindah terus,” kenang Sudarmaji.

Dia mengakui, berpindah-pindah tempat itu mengurangi omset persewaan. Selain pelanggan kesulitan untuk meminjam, buku-buku lama yang dipinjam pelanggan banyak yang tak pulang.

“Banyak buku yang tak kembali. Setelah ditanya sana-sini tapi tak berhasil juga, ya akhirnya biarkan saja,” ucap Sudarmaji yang pernah tinggal di Jalan Jawa ini tersenyum.

Kini dia mulai membuka usaha sendiri, pisah dari usaha “warisan” orang tuanya. Taman bacaan “Singgalang” masih berdiri dan dikelola oleh saudaranya. Demikian dengan taman bacaan “Doraemon” di Jalan Tugu Pahlawan, juga milik saudaranya. Namun, dia memilih untuk membuka usaha sendiri.

Menempati sebuah rumah kontrakan di Jalan Ahmad Yani, Sudarmaji membuka kios persewaan buku dengan nama “Erlangga”. Berbeda dengan buku-buku persewaan warisan orang tuanya yang berupa komik dan novel karya pribumi, buku-buku persewaan di kiosnya banyak dipenuhi komik buatan Jepang dan novelis Barat. “Sekarang peminat pembacanya rata-rata komik-komik seperti itu. Kita kan hanya memenuhi selera pembaca,” kata Sudarmaji.

Menempati ruangan ukuran 4 x 4 meter, Sudarmaji bersama sang istri dan dua orang anaknya, membuka kios bukunya dari pukul 08.00 hingga 22.00 WIB. Selain persewaan buku, dia juga menyewakan film berupa VCD dan DVD, plus kios rokok dan minuman ringan.

Segmen pelanggan tidak sama seperti waktu dulu. Kali ini pelanggannya banyak yang masih anak sekolah. Namun, pelanggan seperti ini justru minat bacanya sangat tinggi.

”Kalau pendapatan, tak tentu. Kalau lagi ramai bisa dapat 200 ribu supiah dalam sehari. Kalau lagi sepi paling 25 – 100 ribu rupiah. Yang jelas, enak waktu dulu, peminat ramai. Sekarang, sudah banyak orang yang buka persewaan buku,” kata Sudarmaji.

Kendati demikian, bisnis seperti ini bukan tanpa hambatan. Sulitnya mencari buku di Tanjungpinang menjadi salah satu kendala. ”Kadang saya sampai ke Jakarta untuk mencari buku. Di sana kan banyak buku-buku komik dan novel. Kalau di sini yaa agak susah,” ucapnya. (*/Chairoel Anwar/Kabar Indonesia)

Sumber : okezone.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More