Kalau kemarin anda berkenalan dengan om Jack dengan
ulasan pemasarannya seperti kasus gas elpiji dan riset konsumen,
sekarang perkenalkan, nama saya Om Valiy. Saya diajak oleh om Nip-Nip
untuk sharing di sini khususnya masalah belajar bisnis property.
Ok, saya mulai sekarang. Banyak orang bertanya-tanya
mengapa seseorang harus menekuni bisnis properti. Kalau saya pribadi
menjawab karena minat.
Tetapi jawaban yang paling tepat adalah LABA. Mari saya
coba sarikan permasalahan ini dari beberapa sumber.
1. Kebutuhan PRIMER
Saat SD kita sering diajarkan tentang 3 kebutuhan pokok
atau primer, yaitu pangan, sandang dan papan. Papan atau properti sudah menjadi
kebutuhan primer sejak jaman dahulu. Apalagi sekarang sudah bukan jaman batu dimana
kita harus tinggal di atas pohon atau di gua-gua. Bisa gatal-gatal digigit
semut bos, he..he..he…
Infonya, menurut data dari Kementerian Perumahan Rakyat
bahwa pada tahun 2008 tingkat kebutuhan rumah sudah mencapai 1.2 juta unit per
tahun. Setiap tahun meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Jenis pasar terbesar berada di segmentasi menengah
ke bawah, yaitu sebesar 70% dan baru dipenuhi oleh swasta hanya sebesar 15 %
saja. Apalagi tidak semua orang butuh rumah untuk dihuni. Ada yang ingin untuk
kebutuhan investasi yang menguntungkan, lindung nilai dan sebagainya.
Apapun alasannya, ini adalah sebuah peluang.
2. Harga Properti Cenderung Naik
Hal ini sepertinya sudah menjadi rahasia umum. Anda
bisa mencoba menanyakan ke lingkungan sekitar anda. Inflasi rata-rata di
Indonesia untuk properti sekitar 10%. Mohon diingat, rata-rata di seluruh
Indonesia lho ya…
Seandainya mau mengamati lebih detil pada masing-masing
daerah atau kota, angkanya akan berbeda. Misal, di Jogja pada kondisi normal
bisa mencapai 30% atau Bali, Batam dan kota lainnya. Apresiasi properti terjadi
selain karena dipicu faktor waktu seperti di atas, juga dipicu oleh
ketersediaan lahan dan permainan harga jual (pricing strategy
games) oleh pengembang.
Selain itu Faktor kecilnya ketersediaan lahan baik
secara fisik seperti di kota-kota besar yang langka akan lahan kosong atau
karena kebijakan dari pemerintah yang membatasi penggunaan lahan untuk
perumahan membuat harga properti membumbung tinggi.
Contohnya seperti di Kabupaten Sleman yang membatasi
ijin perumahan sehingga mendongkrakharga jual tanah dibandingkan dengan
Kabupaten Bantul yang terbuka untuk ijin perumahan.
Cara lain untuk meningkatkan apresiasi pada properti
adalah dengan menerapkan permainan harga jual (pricing strategy
games) ala developer yang bisa anda baca tuntas pada buku The
Property Developer. Atau dengan menciptakan nilai tambah pada
properti tersebut seperti yang diajarkan pada buku-buku investasi properti
seperti Real Estate 101, Trump University.
Seandainya apresiasi properti tidak terjadi, apakah
bisnis properti masih menguntungkan? Ya, anda masih bisa mengandalkan dari arus
kas dari properti tersebut dan amortisasi (pembayaran hipotek).
3. Dapat dimiliki TANPA Menggunakan
UANG SENDIRI
Strategi investasi properti dengan meminimalkan modal
sendiri dapat anda baca di buku-buku investasi properti yang ada. Sedangkan
strategi yang diterapkan oleh pengembang properti adalah negosiasi pembayaran
lahan atau menggandeng pemilik lahan sebagai mitra.
4. LINDUNG NILAI atas BISNIS yang Ada
Menjual aset properti bisa anda gunakan untuk
mengurangi kerugian atas bisnis kita lainnya. Logika ini yang diterapkan oleh
perbankan ketika meminta agunan berupa properti. Ketika anda tidak membayar
hutang maka properti anda akan disita dan dijual.
Ok, sementara ini begitu saja dari saya. Karena
keterbatasan “lahan” yang ditetapkan oleh Om Nip-Nip, jika ada kesempatan insya
Allah saya lanjutkan ulasan-ulasan cara bisnis properti yang lainnya
pada artikel yang akan datang. Bagaimana, ada pertanyaan tentang peluang
bisnis property?
Sumber : dokterbisnis.net