Pada waktu sedang saya sharing pemasaran dengan mas
Febri, salah satu owner Tela-tela, beliau mengatakan bahwa dalam bisnis, ada
kalanya sebuah produk akan menurun.
Kemudian saya teringat dengan beberapa produk baru yang
dulunya super laku kemudian perlahan-lahan mulai sepi peminatnya dan akhirnya,
mati! Bagi yang baru ingin memulai bisnis, masalah itu jadi momok yang
menakutkan. Wajar saja.
Mereka takut setelah mereka bersabar membangun
bisnis dari kecil hingga besar, tiba-tiba produk mereka tidak disentuh
oleh konsumen. Padahal anda perlu tahu bahwa hal itu alamiah. Kalau dalam
“bahasa marketing” namanya PLC, singkatan dari Product Life Cycle.
Setiap produk yang anda buat pasti akan mengalami
daur hidup. Di mulai dari perkenalan produk, pertumbuhan produk kematangan
produk dan kematian produk. Ok, mari saya jelaskan apa dan bagaimana itu PLC
dari kacamata pak Freddy Rangkuti dalam “The Power of Brand”.
1. Fase Perkenalan
Pada fase, ini kondisi usaha anda terhadap produk baru
anda masih high cost dan low profit. Tinggi biayanya,
baik biaya tetap dan variabel tetapi rendah pendapatannya.
Pesaing anda belum banyak,awareness produk anda masih rendah dan
permintaannya relatif kecil.
Penyebabnya karena produk anda belum terdistribusi
dengan baik. Taktik pemasaran yang tepat kalau kata orang-orang yang pakar di
bidang marketing adalah anda mempengaruhi dan mendidik konsumen dengan
menggunakan promosi serta pricing yang tepat. Apalagi kalau anda
bisa launching produk di momen yang tepat. Kata orang Jogja, tambah
cong wel gud…
2. Fase Pertumbuhan
Pada fase ini, produk anda sudah diterima oleh pasar.
Efeknya, penjualannya meningkat. Tapi di sisi lain, pesaing anda mulai memasuki
pasar yang anda bidik tadi. Lalu apa yang harus anda lakukan? Seperti biasa nih,
kata dokter-dokter pemasaran, anda harus melakukan expand product line.
Apa itu? Menambah variasi produk, melakukan modifikasi
produk untuk memperluas positioning yang berkaitan dengan ukuran
baru, packaging atau desain kemasan baru (seperti yang
sering dilakukan produk shampoo) serta tambahan formula.
Anda juga bisa melakukan strategi market segmentasi,
yaitu menjual produk anda dengan berbagai merek dan tetap melakukan
promosi yang kreatif. Jadi anda bisa membidik banyak pasar, begitu…
3. Fase Dewasa
Ketika produk anda memasuki fase ini, terjadi
persaingan yang sangat ketat. Penjualan produk anda cenderung stabil dan
biasanya, harganya cenderung turun. Jadi anda harus mulai meningkatkan margin
produk anda, tetap melakukan promosi, mencari dan mengurangi saluran distribusi
anda yang tidak efisien serta mulai mencari pasar baru.
4. Fase Decline
Pada fase decline, penjualan dan profit anda menurun
tajam. Anda hanya akan mendapati beberapa pemain dan pembeli yang sangat
selektif. Solusinya adalah anda mendesain ulang produk anda, mengurangi biaya,
menunda decline, mengurangi inventori dan saluran distribusi serta membatasi
promosi untuk selected market.
Saya akan ambilkan satu contoh strategi
meningkatkan product life cycle jika sebuah produk sudah mengalami
kejenuhan pasar. Sepeda motor Honda dan Yamaha
melakukan launching ulang produknya ke negara lain saat produk mereka
sudah mengalami, katakanlah fase decline.
Produk lama di suatu negara jika dipindahkan ke negara
lain berarti produk tersebut menjadi baru. Efeknya, produk tersebut akan
memulai “fase hidupnya” lagi mulai dari perkenalan hingga decline. Selain itu
anda bisa melakukan berbagai promosi agar produk yang sudah mengalami decline
tergantikan atau diperpanjang umurnya.
Seperti yang dilakukan HM. Sampurna dengan Dji Sam
Soe-nya. Saya terpaksa memberi contoh produk ini. Karena saya setuju dengan
pendapat MUI bahwa rokok itu haram. Anda lihat saja, manfaat dengan
kerusakannya lebih banyak kerusakannya. Lho, kok malah saya berkhotbah,
ha..ha..ha.. Tapi nggak papa, sekali-kali kan boleh…
Kembali ke laptop… Apakah hanya perusahaan besar yang
bisa melakukan hal ini? Jawabannya jelas dan tegas, TIDAK! Begini, anda masih
ingat kan artikel saya tentang bisnis lobster air tawar? Saya pernah dapat
permintaan bibit lobster air tawar dari daerah baru akhir-akhir ini. Kayaknya
di sana baru trend. Padahal kalau di Jogja, permintaan bibit sudah
habis..bis..bis…
Terlepas dari baik buruknya bisnis tersebut, fenomena
tersebut dapat anda ambil pelajarannya kan? Tidak perlu anda ekspansi ke negara
lain seperti contoh motor Yamaha dan Honda di atas. Cukup ekspansi ke daerah
lain saja.
Jadi
sekarang anda jangan takut lagi kalau suatu saat produk anda yang tadinya laris
manis kemudian ditinggalkan. Habis manis sepah dibuang, begitu peribahasanya.
Sekali lagi saya katakan, hal itu alamiah. So, lakukan selalu inovasiSumber : dokterbisnis.net