Kumpulan Artikel Tips dan Triks Pengusaha Sukses, anda yang sudah jadi pengusaha jadikan blog ini untuk mendapatkan inspirasi dalam memaksimalkan usaha anda. Kirimkan Artikel anda di blocknotinspire@gmail.com
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://idegilabisnis.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Apakah Orang Tetap Miskin Karena Pilihan Sendiri?


Kadang saya bertanya2 sendiri apakah orang miskin tetap miskin karena faktor diluar kontrol mereka. Apa benar mereka tetap miskin karena kurang mendapat kesempatan yg layak?
Atau karena mereka sendiri orangya malas, maunya menyalahkan pihak luar dan berharap pemerintah, boss dan pihak luar lain yg menarik mereka keluar dari kemiskinan?

Dari satu pengalaman ini setidaknya saya bisa mengintip cara berpikir ‘orang miskin’. Bulan Febuari kemarin saya membantu orang tua pindah rumah. Kami meminta bantuan 3 pegawai toko tetangga untuk membantu angkat barang2 furniture dsb. Saya ikut membantu mengangkat dan merasakan sendiri betapa melelahkannya pekerjaan mereka. Ketika semua pindahan sudah beres saya bilang ke ortu bayar mereka lebihan, kasihan mereka udah capek2 lagian kitakan gak tiap hari pindahan. Ortu menolak, alasannya: “Gak enak ama tetangga kalau kita bayarnya lebih dari gaji harian yg dia bayar, lagian takut mereka gak datang kerja besok”.  Tapi saya tetap ngotot dan mereka dibayar lebih paling tidak 3x lipat dari gaji harian di toko.
Besoknya, beneran saja 2 dari 3 orang pegawai kemaren tidak masuk kerja. Yg masuk kerja si supir yg memang terkenal rajin dan jujur. Melihat ini saya amat sangat kecewa. Maksud baik ingin membantu agar mereka bisa nabung dan menyiapkan masa depan malah ngeyel. Pemilik toko malah gak heran sama sekali dengan kejadian seperti ini. Menurut ortu (sebagian) wong kecil mikir duit cuma untuk sehari lewat sehari tidak berpikir jauh untuk masa depan. Kalau pikirannya seperti itu jelas tetap miskin gak peduli brapa penghasilannya!
Dalam kasus lain pembantu teman saya ngutang gaji 3 bulan untuk beli HP terbaru yg belom tentu dia ngerti dan perlu untuk profesi dia. Alasannya: untuk pamer waktu pulang kampung kalau dia sudah ‘sukses’ merantau . Dalam kehidupan sehari2 saya juga melihat tukang bajaj, angkot yg menghabiskan duitnya untuk rokok dan taruhan kecil2an main kartu bukannya untuk menyekolahkan anaknya.
Salah Siapa?

Apakah fair menyalahkan mereka atas kemiskinan mereka? Mungkin saja diantara kita ada yg berpendapat bahwa mereka itu gak berpendidikan jadi maklum saja kalau gak bisa atur duit jadi harus dikasihanin.
Atau mungkin dari contoh diatas kita pantas menyalahkan teman saya yg membiarkan pembantunya ngutang gaji 3 bulan? “Terserah dialah gajinya mau diapain emank gue financial planner dia!“. Mungkin kata temen saya kalau ditanya hehe.
Atau budaya sekitarnya yg begitu mendewakan materialisme dan gengsi sebagai lambang kesuksesan hingga wong kecil pun terhanyut setidaknya ingin ‘mencicipi’?
Entahlah. Tapi satu hal yg pasti: memberi uang ke orang yg bermental miskin tidak akan menyelesaikan masalah kemiskinan. Baca berita ini kalau mau tahu lebih lanjut. Uang hanya menunda kebangkrutan bagi mereka yg bermental miskin!
Dari pengalaman dan pengamatan diatas setidaknya saya belajar untuk tidak naïf. Dulu saya percaya setiap orang miskin pasti mau dan berusaha keluar dari kemiskinan. Saya rasa pendekatan yg bersifat mendidik jauh lebih bermanfaat daripada memberikan uang.
Beri mereka ikan maka anda memberi mereka makan untuk sehari, ajarkan mereka memancing maka anda akan memberi mereka makan seumur hidup”. – Pepatah Tiongkok

Sumber : kompasiana.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More