Apa itu uang ?
Uang adalah alat tukar atau pembayaran yang dapat diterima secara umum sehingga dengan uang kita dapat menukarkannya dengan apa yang diinginkan untuk menunjang kehidupan yang layak. memiliki banyak harta , rumah bagus, mobil bagus dan lain sebagainya.
Nah bagaimana kalau tidak punya uang?
Tentu saja apa yang diinginkan untuk hidup layak tidak dapat terpenuhi. Untuk itulahbanyak yang berlomba-lomba mengumpulkan uang untuk memenuhi keinginannya memiliki rumah bagus, mobil bagus dan lain sebagainya.
Tidak sedikit yang bekerja siang dan malam untuk mengumpulkan uang, karena dengan uang segalanya dapat dilakukan. Apabila berhasil menumpuk kekayaanmereka beranggapan bahwa mereka berhasil dalam kehidupannya, sukses dalam hidupnya, dengan uangnya mereka bisa berbuat apa saja.
Bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan,” Dengan uang kebenaranpun akan diam, karena uang mampu membungkam kebenaran.”
Demi uang pula orang bersedia melakukan apa saja, tanpa memperdulikan apakah halal atau haram, melakukan korupsi, menerima suap, kong kalingkong dengan pejabat terkait untuk mendapatkan proyek karena menganggap bahwa uang adalah segala-galanya.
“You are, what you eat.” Anda adalah apa yang Anda makan. Demikian kata sebuah ungkapan.
Apa hukumannya bagi yang memakan uang haram, uang hasil korupsi, uang hasil kong kalingkong dengan pejabat, seperti para koruptor yang menggerogoti uang rakyat?
Hukuman didunia, tidak sedikit pula yang masuk hotel prodeo atau bui gara-gara uang.Mulai dari kalangan DPR, mantan Menteri, mantan Gubernur, mantan Bupati termasuk kalangan pengusaha.
“Orang yang memakan uang haram maka setiap sel yang ada di tubuhnya adalah tempat bersemayam setan-setan. Maka para koruptor tidak akan pernah menjadi baik sampai akhir hayatnya karena semua gerak tubuhnya, langkah kakinya, rasa hatinya, dan isi pikirannya, digerakkan oleh setan-setan yang bersemayam dalam sel-sel tubuhnya.
Hukuman di akhirat, orang yang memakan harta orang lain secara tidak sah maka di akhirat nanti Tuhan akan menaruh tungku api yang menyala-nyala dalam tubuhnya. Api itu akan membakar seluruh tubuhnya dari dalam.” Demikian tulis Komaruddin Hidayatdalam sebuah kolom.
Kalau sel-sel tubuhnya bersemayam setan-setan. Bagaimana dengan anak keturunannya? Tidak mustahil juga menjadi tempat bersemayamnya para setan-setan. Sehingga melahirkan para koruptor generasi kedua.
Seperti sebuah ungkapan yang menyatakan, “ Like father, like Son. ” Sungguh mengerikan !!!!
Sebaliknya, bagaimana kalau kebanyakan uang?
Yang jelas pada waktu meninggal, sebanyak apapun uang yang dimiliki Anda tidak akan dapat membawanya.
Ada yang beraggapan bahwa dengan banyak uang membuat hidupnya bahagia, ternyata kebanyakan uang bukan jaminan juga hidupnya akan bahagia, karena kebanyakan uang bisa menimbulkan kecemasan-kecemasan, seperti bagaimana kalau terjadi pemotongan uang atau sanering seperti tahun 1965, uang seribu menjadi satu rupiah? atau bagaimana kalau terjadi redenominasi uang satu juta menjadiseribu? Apalagi kalau uangnya hasil korupsi, bagaimana kalau diketahui oleh PPATK? (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Jadi kebahagian bukan ditentukan oleh besarnya uang yang dimiliki namun sangat ditentukan oleh bagaimana sikap kita terhadap uang.
Nah, bagaimanakah sebaiknya bersikap terhadap uang ??
Secara sederhana, berapa besar gaji yang diterima pada waktu pertama kali di terima bekerja di sebuah Perusahaan?
Kemudian, apakah dengan gaji yang diterima cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup?
Kalau sudah merasa cukup, kita akan berusaha untuk mencukupkannya berapapun besarnya gaji yang diterima, namun sebaliknya apa bila merasa kekurangan, berapapun besarnya gaji yang diterima akan selalu merasa kekurangan.
Selanjutnya berapa besarnya gaji yang diterima saat ini, apakah sudah mencukupi? Silahkan di jawab sendiri.
Jadi sikap yang pertama terhadap uang adalah mencukupkan apa yang telah diterima.
“Miliki alasan yang kuat setiap kali Anda mengeluarkan uang.” Dan Benson
Berikutnya, buatlah skala prioritas pada setiap pengeluaran. Mulai dari kebutuhan dengan skala prioritas tinggi hingga skala prioritas paling rendah, bedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan sedangkan keinginan itu perihal keinginan yang tidak akan ada habisnya. Setelah mempunyai mobil satu, ingin dua, setelah mempunyai rumah satu, ingin dua, dstnya.
Belanjakan uang secara cerdas, mulai dari kebutuhan dengan skala prioritas tinggihingga paling rendah. Jadi sikap yang kedua terhadap uang adalah setiap rupiah uang yang dikeluarkan dipertimbangkan secara bijak berdasarkan skala prioritas.
Harus menyadari bahwa pada dasarnya kita tidak punya daya upaya selain Allah SWT semata, kita tidak mempunyai kemampuan apa-apa kalau bukan datangnya dari Allah SWT semata, kemampuan kita untuk memperoleh uang juga datangnya dari Allah SWT semata.
Semua yang kita miliki termasuk uang adalah titipan yang dipercayakanNya kepada kita, yang harus dikelola dan dipertanggung jawabkan padaNya, Bagaimana uang diperoleh? Bagaimana uang dikelola? Untuk apa uang dibelanjakan. Apakah sudah sesuai dengan petunjukNya? Sebagai umat muslim di wajibkan menyisihkan sebagian penghasilannya sebesar 2,5% untuk shodaqoh.
Semakin banyak yang dishodakohkan, semakin dipercaya, semakin dipercaya–>semakin ditambah, semakin ditambah–> semakin banyak.
“The more you give, the more you get in return.”
Sumber : kompasiana.com